TERBUAI GODAAN
PART 1. Siang usai istirahat Ridwan menelusuri koridor kantor untuk kembali ke ruangan tempat kerjanya. Hawa dingin AC menerpa tubuhnya saat masuk ke ruangan. Terasa kontras dari terpaan terik matahari yang dia lalui saat jalan kaki dari warung depan kantor ke sejuknya ruangan dengan AC yang disetel ke tingkat paling dingin. Ridwan memberikan beberapa bungkusan makanan yang dipesan teman-teman seruangan yang malas jalan kaki ke warung depan kantor. Biasa perempuan alergi kena sinar matahari siang yang menyengat. “Nih titipan kalian.” “Makasih ya mas Ridwan.” Livy yang hari ini melepas jilbabnya menerima bungkusan itu dan membagikannya ke Aisah dan Nadya rekan lain yang memesan makanan itu. “Mari makan Mas Ridwan.” Ucap Aisah sembari juga melepas jilbab mengikuti Livy yang lebih dulu disusul oleh Nadya. Di ruangan bagian keuangan kantor ini hanya Ridwan dan kepala bagian keuangan saja yang laki-laki. Selebihnya perempuan. Pak Triadi Kepala bagian sedang dinas luar. Kalau kepala bagian dinas luar begitu biasanya rekan perempuan di ruangan yang semua memakai jilbab pada melepas jilbab kalau tengah hari. Meskipun ada Ridwan yang bukan muhrim mereka. Mereka adalah ibu-ibu muda yang cantik dan anggun. “Aku sudah. Kan makan langsung di warung depan.” “Oh iya lupa. Tapi siapa tau Mas Ridwan mau nambah lagi. Hehehhe.” “Aisah maunya makan sepiring berdua ama mas Ridwan.” timpal Nadya. “Sebungkus berdua nyonya kan gak ada piring!” sahut Livy. “Oh iya yah.” Ridwan hanya tertawa kecil mendengar candaan garing mereka. Entah kenapa mereka seperti menganggap Ridwan sebagai kakak atau saudara yang bisa bebas melihat rambut mereka. Kalau pak Triadi atau rekan kerja laki-laki bagian lain masuk pasti mereka buru-buru memakai jilbabnya karena bukan muhrim katanya. Ridwan tentu merasa bangga bisa melihat betapa sesungguhnya rambut Livy, Aisah dan Nadya begitu indahnya. Meski mereka bukan gadis lagi alias mamah-mamah muda yang cantik-cantik. Ridwan harus berlagak seperti tidak tertarik padahal dia diam-diam begitu mengagumi rekan-rekan seruangannya itu. Mungkin karena kebersamaan sekian tahun seruangan dan Ridwan adalah sosok yang begitu baik menurut mereka dan siap disuruh-suruh karena satu-satunya staf lelaki di ruangan. Kan tidak lucu kalau mereka pengen pesan sarapan atau makan siang di warung depan kantor ke pak Triadi. Di usianya yang memasuki 36 tahun Ridwan menjalani kehidupan rumah tangga yang normal-normal saja. Tidak pernah ada gejolak yang berarti dalam perjalanan pernikahannya dengan Farah istrinya yang telah berjalan sebelas tahun dan telah dikaruniai seorang anak lelaki berusia enam tahun bernama Devan. Ridwan Lelaki yang memiliki wajah lumayan tampan dan postur atletis ini bukan sosok lelaki yang doyan menggoda perempuan seperti beberapa laki-laki lain di kantor ini. Walau hanya sekedar bercanda atau ngegombal buat lucu-lucuan doang. Pokoknya Ridwan berlagak cool dan seperti tidak tergoda dengan kecantikan rekan kerja atau anak magang yang silih berganti datang dan pergi dikantor ini. Makanya rekan seruangan menjadi tidak masalah meski melepas jilbab diruangan. Tentu saja ruangan keuangan itu mereka kunci kalau lagi lepas jilbab. Kalau ada yang mengetuk pintu buat masuk barulah mereka buru-buru pakai jilbab seadanya saja. Kadang malah rekan-rekan perempuan seruangan bahkan rekan perempuan dari ruangan lain sering menggoda Ridwan sebagai suami takut istri, lelaki setia, lelaki idaman, bahkan pujia-pujian yang mengatakan bahwa sungguh beruntung istri Ridwan dapat lelaki seperti dia. Dan macam-macam pujian lainnya. Ridwan hanya tertawa dalam hati karena sejujurnya dia bukanlah lelaki yang benar-benar baik. Tetap saja ada dalam benaknya pikiran-pikiran yang aneh-aneh. Semisal dia berangan-angan alangkah indahnya bila salah satu saja dari Livy, Aisah atau Nadya mau jadi selingkuhannya, atau lebih parah lagi seperti apa gaya Livy, Aisah dan Nadya kalau sedang bercinta. Tapi semua hanya dalam angannya saja. Kalau ada jalan untuk membuat dia bisa menjalin hubungan dengan wanita idaman lain pasti dia akan menelusuri jalan itu dengan senang hati. Tapi untuk mulai membuka jalan sendiri Ridwan tidak berani karena dia bisa dibilang tipe lelaki pemalu sekaligus penakut. Malu dan takut untuk memulai tapi bukan berarti tidak mau. Ridwan menyadari kalau saja wanita-wanita rekan kerjanya itu tahu apa isi otaknya tentu mereka akan menjauhinya. Bagaimana tidak kadang-kadang dalam otak Ridwan muncul pikiran nakal yang liar. Kadang dia mengkhayalkan sedang bercinta dengan Livy, juga berkhayal bercinta dengan Aisah atau Nadya. Lebih gila lagi dia berkhayal melakukan pesta sex dengan ketiganya dan dia satu-satunya lelaki dalam pesta sex itu. Sungguh sebuah pikiran mesum yang parah yang ada dalam benak Ridwan yang dianggap sebagai lelaki baik oleh teman-teman seruangan. *** Ridwan mengerem sesaat mobil yang dia kendarai di depan pintu rumahnya. Maksud hati untuk memasukan mobilnya kedalam halaman rumah terhenti dan akhirnya Ridwan memarkir mobil di depan pagar rumah. Di halaman rumah sudah terparkir mobil mertuanya. Ridwan turun dari mobilnya dan berjalan menuju ke dalam rumah. Sebenarnya hal yang biasa mertuanya datang ke rumahnya. Tapi saat melangkah mendekati teras dia mendengar suara tangisan perempuan. Bukan cuma satu tapi beberapa suara tangisan bersahutan. Ridwan langsung berpikir ada apa yang terjadi. Apa sesuatu yang buruk telah menimpa keluarganya. “Assalamualaikum..” Ridwan mengucap salam saat memasuki pintu depan rumah. Suara tangisan masih terdengar. Terlihat di ruang tamu ayah mertuanya beserta ibu mertuanya yang terlihat menangis. Ada juga istri dari adik iparnya terlihat juga menangis dalam pelukan Farah istri Ridwan. “Waalaikumsalam.” ayah mertua membalas salam Ridwan. Ridwan dengan penuh tanda tanya menatap ke arah istrinya yang memeluk Erika istri dari adik ipar Ridwan. Farah istri Ridwan hanya mengangguk. Ridwan makin bingung dengan apa yang terjadi. “Ridwan kita lagi kena musibah.” Ucap ayah mertua pelan. Meski sudah menduga pasti ada sesuatu melihat Erika, Farah dan ibu mertua pada menangis tapi mendengar ayah mertua bicara soal musibah Ridwan tetap merasa kaget. “Musibah apa pah?” “Haikal ditahan polisi karena narkoba!” Sungguh Ridwan benar-benar kaget kali ini. Haikal adik dari istrinya yang dia kenal sebagai pria religius dengan tampilan agamis dan memang terlihat taat beribadah tersandung narkoba. Ridwan menggeleng-geleng kepala tak habis pikir. Apa mungkin dia dijebak orang, Ridwan masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. “Untuk sementara kami, Erika dan anaknya tinggal sama kamu. Boleh kan?” Pinta ayah mertua Ridwan. “Oh iya pah gapapa. Tinggal saja disini.” Ridwan menatap kearah Erika. Wanita itu masih terisak-isak meratapi nasibnya. Bagaimana tidak belum dua tahun mereka menikah dan anak mereka masih bayi usia 8 bulan harus mengalami nasib seperti ini. Meski dalam keadaan sedih yang mendalam aura kecantikan Erika tetap terlihat. Ridwan geleng-geleng kepala, disaat kena musibah dia masih saja berpikir tentang kecantikan seorang wanita. Mertuanya dan Erika memutuskan untuk tinggal sementara di rumah Ridwan karena malu dengan tetangga kompleks mereka yang doyan gosip. Apalagi kompleks mereka adalah gang yang sangat padat penduduk yang wanitanya sangat hobi berghibah. Tentu kejadian Haikal kena tangkap karena kasus narkoba bakal jadi trending topik di kompleks mereka. *** Tak terasa sudah seminggu Erika dan kedua mertua Ridwan tinggal dirumah. Ridwan diam-diam merasa kagum dengan istri dari adik iparnya itu. Wajahnya sangat cantik dan tubuhnya cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita. Ridwan sangat kasihan Kenapa wanita secantik ini harus jadi istri pecandu narkoba. Dalam keseharian di rumah Wanita yang terlihat alim itu memakai jilbab dan gamisnya. Padahal semula Ridwan berharap dia akan pakai pakaian rumahan semisal daster atau baby doll. Atau pakaian yang akan menampakan bayangan lekuk liku tubuh montok Erika. Lelaki itu sempat berharap Erika mau bermurah hati memperlihatkan rambutnya yang pasti indah kepadanya. Seperti rekan-rekan kantornya yang begitu dermawan mau memperlihatkan sebagian kecil auratnya itu. Namun Erika benar-benar wanita yang menjaga aurat kepada lelaki yang bukan muhrimnya. “Mas Ridwan, Erika numpang mau jenguk Haikal!” Pinta Farah saat Ridwan hendak berangkat ke kantornya. “Oh iya sekalian ngantar Devan kesekolah!” Tumben wanita alim itu mau semobil dengan lelaki yang bukan muhrimnya, pikir Ridwan. Walau hanya seperti itu sudah membuat senang hati Ridwan. Karena sejujurnya Erika begitu cantik dan membuat Ridwan terobsesi pada wanita itu. Bersambung