Kenikmatan Dibalik Bencana

Semenjak kedatangannya, suasana kantor agak berubah. Orang-orang jadi semakin rajin, entah mengapa. Dia bukanlah direktur yg baru, bukan pula sekretaris baru yg seksi. Namanya Irma. Seorang wanita berusia 27 tahun ini disukai sekaligus dibenci. Disukai karena kerjanya cepat dan sangat efektif, serta orangnya sangat cerdas, tetapi disisi lain dia selalu mengeluh dan memarahi kami karena keterlambatan kami atau hal-hal sepele lainnya.

Irma bukanlah direktur, jg bukan senior designer. Posisinya sama dgnku, junior designer. Yg membedakannya dgnku dan beberapa teman lainnya adalah, Irma lulusan dari universitas kenamaan di Amerika Serikat, dgn prestasi cum laude.

Cerita sex terbaru, Selain itu Irma jg keponakan dari Owner perusahaan desain interior ini. Berdarah Jawa- Belanda, dgn tampang indo layaknya model-model catwalk, rambut hitam panjang, dgn kacamata tipis dan pakaiannya yg selalu modis, sdh barang tentu laki-laki sangat menyukainya. Namun entah kenapa kami malas utk akrab denganya, selain karena sikapnya yg selalu ketus dan tdk bersahabat itu, jg karena kami merasa tdk selevel denganya.

Apalagi kebanyakan dari kami adalah jebolan universitas lokal, dan sewaktu kuliah, membolos sdh jadi makanan kami .-cerita sex hot- Walaupun kami datang dari universitas mentereng, tetap saja tdk bisa membandingkan diri kami dgn Irma. Aku sendiri berusia 29 tahun, masih jomblo dan belum menikah. Bukan karena aku tdk laku, tp aku masih agak shock ketika setahun yg lalu pacarku selingkuh dgn sahabatnya sendiri.

Cerita dewasa terbaru, Memang mereka tdk melakukan hal-hal yg melanggar norma kesusilaan, tetapi jalan dgn pria lain dan saling berkirim sms mesra di tengah-tengah persiapan pernikahan, apa bukan selingkuh itu namanya ? Teman-temanku yg lain sering menggodaku agar aku mendekati dan mencoba akrab dgn Irma, karena menurut informasi yg beredar, Irma belum memiliki pacar. Wajar saja hal ini terjadi mengingat yg masih bujangan di kantor ini selain aku dan Irma, Cuma ada seorang desainer senior yg selalu tdk beruntung dlm masalah percintaan, dan seorang office boy.

Aku pun bertanya-tanya kenapa Irma tdk laku padahal dia sangat cantik dan pintar. Apa karena sikapnya yg ketus ? atau mungkin saja dia lesbian ? hahahhahaha. Minggu ini minggu yg sangat melelahkan. Selain mengerjakan desain interior utk sebuah mall yg akan dibangun, aku dan Irma harus rapat sore hari bersama developer sebuah gedung perkantoran.

Selama di mobilku, Irma hanya diam saja, sembari mendengarkan musik di ipodnya. Sdh barang tentu dia pasti tdk akan menjawab jika aku sekedar ingin mengobrol atau berbasa-basi denganya. Sebab selama ini pembicaraanku dgn dia hanya sebatas pekerjaan saja. Dia jg tdk pernah bergabung dgn orang-orang kantor mencari makanan murah disekeliling gedung perkantoran.

Entah dia makan dimana, karena menurut para direksi dan senior designer, Irma tdk pernah makan bersama mereka. Tentu saja, karena walaupun sdh berduit dan lebih berumur dari kami, para direksi dan senior designer pasti mencari makan murah utk berhemat. Rapat berlangsung sangat lama. Waktu sdh menunjukkan pukul jam 8 malam. Tetapi Irma masih berdiskusi dgn pihak pengembang soal konsep desain interior gedung perkantoran itu. Bila rapat dgn rekan yg lain, pasti mereka akan mencari-cari alasan atau sengaja mengarahkan pembicaraan agar rapat cepat selesai.

Cerita mesum terbaru, Akhirnya rapat selesai jg. Waktu menunjukkan pukul 8.30. rapat berlangsung sangat lancar, dan tdk satupun ucapan Irma yg dibantah. Harus kuakui gadis ini sangat hebat dlm berargumen. Jalanan sdh agak lengang karena jam macet sdh lewat. Aku dan Irma berada di dlm mobil, menuju ke kantor. Aku membuka pembicaraan.

“Udah malem, di kantor ga ada siapa-siapa, mau cari makan dulu sebelum kembali ke kantor ? “ tanyaku berbasa basi. “Gak usah, langsung ke kantor aja” jawabnya pelan dan pasti. -cerita hot-

Tak sampai 5 detik dia langsung memasangkan headset ipod ke telinganya. Buset. Dingin sekali tanggapannya. Yasdh. Aku tdk ambil pusing, dgn buru2 aku segera menyetir mobil ke arah kantor, agar aku bisa cepat pulang dan makan malam. Kantor kami terletak di sebuah gedung berlantai 7, di daerah yg mentereng di Jakarta Selatan. Kantor Konsultan desain interior kami berada di lantai paling atas, berbagi lantai dgn 3 kantor lainnya.

Aku memarkirkan mobilku dgn asal-asallan di tempat parkir. Tumben, pikirku, para satpam lagi kemana ? aku dan Irma langsung masuk, menaiki lift, dan kemudian masuk ke kantor. Suasana kantor agak gelap karena memang sdh tdk ada siapapun. Aku mencoba membuka pintu pantry utk mengambil makanan ringan di kulkas, namun pintu pantry sdh terkunci. Memang kebiasaan office boy kami utk mengunci semua pintu di kantor kecuali pintu utama, yg biasanya selalu dikunci oleh satpam setelah semua pergi. Untung saja pintu belum dikunci ketika kami masuk.

Entah karena malas atau apa, kami tdk menyalakan lampu utama. Karena besok pagi desain awal hasil rapat sdh masuk ke desainer senior, maka kami membereskan hasil rapat tadi di ruang rapat utama. Irma bekerja dgn sangat teliti mengetik laporan dgn MacBook nya. Sementara aku mengumpulkan hasil sketsa ‘dan denah ruangan dlm satu bundel, sambil menahan perut lapar dan tak henti-hentinya aku melihat ke arah jam.

Setelah tugasku beres, aku membereskan mejaku, dan bersiap utk pulang sementara Irma mem-print hasil ketikannya. Irma sdh akan pergi ketika aku memasukkan alat tulis ke tasku.

“Aku pulang duluan ya..” Irma berjalan ke arah pintu.

Aku tersenyum sekenanya dan meregangkan tubuh dulu sebelum benar2 akan pulang. Tiba-tiba… “SHIT !” aku mendengar teriakan Irma dari arah pintu utama. Aku bergegas berlari ke arah pintu utama. Rupanya Irma sedang berdiri mematung di depan pintu yg tertutup.

“Kenapa ?” tanyaku heran
“Pintunya dikunci” jawab Irma sambil menarik-narik handle pintu sekuat tenaga.

Sial, pikirku. Rupanya tdk ada satpam di luar itu dikarenakan mereka sedang patroli, sekaligus mengecek adakah orang yg lembur malam ini. Rupanya karena kami berdua tdk menyalakan lampu-lampu utama, yg menyebabkan ruangan kantor seperti tdk ada orang, mereka mengunci pintu tanpa memeriksa terlebih dahulu. Aku mulai panic karena jalan satu-satunya keluar dari kantor ini adalah pintu itu. Tangga darurat ada di seberang pintu kantor. Sial. Sekali lagi sial. Semua pintu sdh dikunci. Aku berlari mengintip ke jendela. Sia-sia. Jendela kantor kami tdk ada yg menghadap ke kantor satpam.

Aku blingsatan kesana kemari, dan dgn marah kutendang pintu kaca yg tebal itu. Tak ada reaksi kecuali kakiku sakit. Desain pintu yg kuat agar kantor aman ternyata menjebak kami di kantor Aku mengeluarkan handphone dari saku celanaku dan menelpon office boy, utk menyuruhnya kembali ke kantor. Sial sekali lagi. Telponnya tdk aktif. Hebat. Irma diam, walau bisa kulihat mukanya memerah menahan marah. Mungkin dia jg ingin cepat pulang, ada janji atau apapun. Tp Irma tetap berusaha kalem dgn menelpon pamannya, sang owner perusahaan desain ini. Aku bisa mendengar percakapan mereka.

“Hallo om..”
“Eh Irma, ada apa ?”
“Om, aku kekunci di kantor” “Lah kok bisa ? “ Irma menjelaskan situasinya ke pamannya.
“Waduh…. Gawat jg.. OB nya pun ga bisa ditelpon ?”
“Iya om….”
“Teriak-teriak gih, coba panggil satpamnya” Percuma, kupikir.

Aku pernah lembur dan melihat kelakuan para satpam itu ketika waktu sdh menunjukkan jam 9 keatas. Setelah patroli dan mengunci pintu-pintu utama, mereka langsung ke kantor mereka, utk nonton tv rame-rame, main kartu, bahkan kadang-kadang mabuk bareng.

“Ga bisa om…” Nada bicara Irma sdh mulai memelas.
“Hmm… om akan usahakan cari bantuan, tp om lagi di luar kota sekarang”
“KOK OM GAK BILANG DARI TADI KALAU ADA DI LUAR KOTA ?!?” Irma meledak.

Ditengah kekalutan aku mencoba menelpon semua nomor telpon kantor. Dan sialnya, kebanyakan dari mereka tdk aktif. Ada yg mengangkatnya dgn background suara hingar bingar diskotik dan suara teler ga karuan. Tolol. Di tengah minggu malah dugem. Irma, terus menekan pamannya. Aku berusaha menelpon semuanya, tetapi entah kenapa sinyal hapeku tiba-tiba hilang. Aku kalut, mencari telpon kantor. Dan hanya telpon di meja front office saja yg bisa dipakai utk menelepon ke luar.

Aku berlari kearah front office dgn panik. Dan bodohnya tiba-tiba aku terjatuh tersangkut pojokan meja. Aku jatuh ke meja menimpa telpon kantor. Aku kaget dan langsung bangkit. Berharap telpon tdk rusak. Aku lalu mengangkat telponnya. Ternyata ada Nada sambung. Aku mencoba menekan nomer yg kuhapal. Lagi-lagi sial. Rupanya kejadian tadi menyebabkan tombol 0 rusak dan tdk bisa ditekan. Nomer telpon HP mana yg tdk ada 0 nya ? sedangkan aku tdk punya nomor telpon rumah orang kantor.

Ide tiba-tiba muncul, aku membuka laci front office utk melihat data nomer telpon pegawai. SIAL ! SIAL! Lacinya terkunci. Sementara itu Irma masih menelpon pamannya.

“JADI GIMANA DONG OM ?!?” Bentak Irma
“Sabar, kamu sama siapa disana ?” Irma menyebutkan namaku.
“Oh… sama dia…. Aman kalau sama dia, Irma, kamu tunggu besok aja, kamu…” Belum sempat pamannya menyelesaikan kalimatnya, Irma dgn kesal melemparkan handphonenya ke dinding dan handphonenya hancur berkeping-keping.
“Kenapa kamu banting ?!?!?” Bentakku Irma hanya terdiam.

Dia menarik nafas dlm-dlm.

“Telpon kantor ?
“ tanyanya pendek “Rusak” jawabku tak kalah pendeknya.
“Kenapa ?” Mukanya mulai memerah. Matanya berkaca-kaca
“Tadi aku jatuh, telponnya ketindih badanku” Aku menjawab sambil memalingkan muka.
“TOLOL !!” Irma membentakku dan tangan kanannya mengayun akan menampar pipiku.

Dgn tangkas aku menangkap tangannya dan melepasnya kembali.

“Lebih tolol mana sama orang yg ngebanting hape nya sendiri ? “ sindirku.

Ruang rapat penuh asap rokok sekarang. Aku menghisap rokok kretekku dlm-dlm dan membuang asapnya ke langit-langit. Irma duduk di pojokan sambil menghisap rokok mentholnya. Kami sdh saling diam selama 30 menit lebih. Tdk ada alasan bagiku utk mengobrol dgn wanita judes ini. Bikin pusing. Tp aku mencoba menengok utk melihat keadaannya. Khawatir jg. Jangan-jangan nekat gantung diri.

“Apa kamu lihat-lihat ?” Irma membalas tatapanku dgn pertanyaan dingin
“Gue punya mata, boleh dong liat kemana aja” Jawabku tak kalah dingin.
“Ngeri tau gak, berdua doang sama cowok macem kamu”
“Eh…. Lu baru masuk kemaren sore Ir, blom kenal siapa gue..” Aku menatap penuh emosi ke arah Irma.
“Ah…semua cowok sama aja” Irma membuang muka
“Apa maksud lu ?” Tanyaku penasaran
“Ah, tau lah….” Jawabnya sembari mematikan rokoknya di pot bunga yg sekarang beralih fungsi sebagai asbak.
“Lo tau kan otak cowok isinya seks melulu ?” Suara Irma terdengar tdk enak Aku hanya terdiam.
“Bahaya tau gak berdua doang sama cowok asing. Salah-salah gue diperkosa” Irma berkata ketus
“EH. Sori ya mbak-sok pintar-lulusan luar negri- masuk karena koneksi” Nada bicaraku meninggi.
“Biar kata lu cantik, jg, ga bakal ada cowok mau perkosa lo ! Mana ada orang mau merkosa orang ngeselin macem elo !!!” Bentakku.
“Orang yg gak bisa bersosialisasi macem lo ! Orang yg egois ! Ga ada empati sedikitpun sama orang kantor ! Ga ada bagus-bagusnya! Mentang-mentang ni kantor punya om lu, lu mau seenaknya aja disini ?!?!? “ Aku sdh naik pitam.

Tdk mampu menahan kesabaran lagi.

“Ah… “ Irma tdk bisa berkata-kata lagi.
“Enak aja lo bilang gue mau merkosa elo ! mendingan gue tidur ama pecun daripada nyentuh badan lo !” Nafasku habis.

Sdh kuluapkan semua kekesalanku kepada Irma. Tiba-tiba Irma berlutut. Melepas kacamatanya dan mulai menitikkan air mata. Dia membanting kacamatanya dan mulai menangis sesenggukan. Shit. Rupanya kata2ku tadi kelewat kasar. Makin lama tangis Irma makin keras. Aku pun berlutut mendekatinya dan mencoba memegang bahunya.

“Irma…. Sorry… mungkin gue terlalu kasar” aku meminta maaf Irma menepis tanganku dan terus menangis.
“Ir….” Aku agak membungkuk utk melihat wajahnya.

Tp tiba-tiba Irma memelukku dan menangis di dlm pelukanku. Aku terdiam sembari mengelus-ngelus punggung Irma. Sekitar 10 menit dia menghabiskan tangisnya di pelukku. Aku yg pegal lalu duduk di lantai bersandar pada dinding. Irma duduk di sebelahku, dgn pandangan kosong. Tak beberapa lama Irma memulai pembicaraan.

“Maaf… tadi aku lancang ngecap kamu” katanya pelan
“Gue jg Ir… maaf tadi terlalu kasar” jawabku.
“Aku yg mulai” lanjut Irma.
“Kupikir semua laki-laki sama. Baik pada awalnya tp ternyata brengsek”
“Ah. Semua laki-laki brengsek kok Ir” Jawabku Lalu kami terdiam cukup lama.
“Aku pernah diperkosa” Irma tiba-tiba bercerita.
“Eh……” Aku tdk bisa menyembunyikan mimik heran dari mukaku.
“Waktu aku baru kuliah di US, ada kakak kelas yg ngedeketin aku..” Lanjut Irma
“Dia baik banget, sampe pada akhirnya aku diundang ke pesta di asramanya… Pestanya rame, dan ternyata minumannya beralkohol semua.”
“Aku dibuat mabuk” dia terus bercerita “ Lalu aku dibawa masuk ke kamar, dan disana aku diperkosa olehnya” Irma menghela nafas panjang dulu.
“Sejak saat itu aku ga pernah percaya sama cowok” Irma lalu mengambil sebatang rokok menthol dari bungkusnya, meremas bungkusnya yg sdh kosong, lalu melemparkan bungkusnya ke pot bunga.

Aku memberikan korek apiku ke Irma. Irma lalu menyalakan rokoknya dgn korek milikku. Aku tdk berani berbicara lagi. Aku tadi telah lancing berbicara seperti itu kepada Irma.

“Gimana kehidupan cinta kamu ?” tanya Irma
“Mmmm…” Aku diam tak berani menjawab
“Setelah kejadian itu, aku ga pernah berhubungan sama laki-laki lagi” katanya.
“Sekarang giliran kamu cerita” Katanya sambil tersenyum kepadaku Aku sedikit terkejut.

Ternyata jika tersenyum Irma manis sekali. Aku tdk pernah melihatnya tersenyum semenjak dia masuk kantor.

“Mmmm… Aku harusnya tahun lalu nikah…” jawabku
“Tp ?” Tanyanya sambil menghisap rokok mentholnya.
“Tunanganku selingkuh” Jawabku pelan.

Tak ingin rasanya menceritakan hal tersebut. Aku menarik nafas dlm2 dan memandang ke arah langit-langit. Irma tdk menimpali jawabanku. Dia mematikan rokoknya di pot bunga. Waktu berjalan sangat lama. Aku dan Irma berbicara tentang banyak hal. Mulai dari jaman kuliah, sma, segala macam. Ternyata Irma menyenangkan jika diajak bicara. Tak jarang ia tertawa bersamaku, menertawakan kejadian-kejadian konyol di kantor yg terjadi sebelum kedatangannya. Tak terasa sdh jam 12 malam. Aku sangat capek. Aku mencoba tidur. Aku masih bersender pada dinding, sementara Irma tertidur, dgn menggunakan bahuku sebagai sandaran.

“Dingin……” Irma tiba-tiba memelukku. Aku tak tahu harus berbuat apa.

Sebagai lelaki normal, yg sdh lama tdk berhubungan dgn perempuan, aku tiba-tiba merasa deg-deggan, dan suhu tubuhku memanas. Aku mengira Irma bisa merasakannya, karena dia memeluk tubuhku sekarang.

“Hmmmm.. jadi yg bujangan di kantor Cuma aku, kamu, sama Pak Yudi ? “ tanya Irma.
“Iya” jawabku pelan sambil menahan perasaan aneh ini.
“Hehe” Irma tertawa kecil
“Kenapa ? “ tanyaku.
“Nope… nothing” katanya sambil menahan tawa.
“Well… I guess. Ga ada salahnya kalo satu dari kalian aku pacarin” Irma melanjutkan ucapannya.
“Oh jadi lu demen ya sama om2 bujangan tua” timpalku “Haha… enak aja. Coba kamu itung, 45 – 27 = 18, jauh kan umurku sama Pak Yudi” jawabnya
“27 ? Kirain 35…” ledekku.

Irma berusaha utk menjewer telingaku tetapi aku menghindar, menangkap tangannya, tetapi aku kehilangan keseimbangan duduk, sehingga aku terjatuh kearah kanan dan tak sengaja menarik Irma ikut jatuh jg menimpa tubuhku. Aku yg jatuh menyimpang kekanan ditimpa oleh Irma yg menghadapi telingaku. Akhirnya dia menjewer telingaku tanpa ampun.

“Aduh !. Sakit tau !” Aku berusaha memberontak tp Irma malah tertawa-tertawa dan tdk melawan rontaanku.

Aku berusaha bangkit tetapi Irma malah memelukku.

“Aku ingin diperlakukan dgn lembut oleh laki-laki” bisik Irma.

Aku memperbaiki posisi jatuhku. Aku tiduran terlentang di ruang rapat, dan Irma menimpa tubuhku. Aku bangkit, dan Irma ikut memperbaiki posisinya. Aku kembali duduk, tetapi sekarang Irma ada di pangkuanku dan tetap memelukku.

“Aku merhatiin kamu terus semenjak pertama kali masuk kantor” Irma kembali berbisik.
“Kamu paling sopan, dan lembut sama perempuan kalo dibandingin sama yg lain”
“Ditambah lagi… kamu belum nikah kan… dan om ku bilang, kamu orang yg baik” Irma terus berbicara.
“Baru tadi kan bilangnya, gue jg denger” jawabku
“Enggak. Dari awal aku masuk kantor, om udah bilang kalo kamu selain kinerjanya paling bagus, kamu jg sopan, ramah dan orangnya menyenangkan” Irma membantah ucapanku.
“Kayaknya lucu kalau kita pacaran……” Irma melanjutkan ucapannya.

Aku kaget. Baru pertama kali seumur hidup ada perempuan yg mengatakan ingin kupacari. Dan perempuan itu adalah perempuan yg cantiknya minta ampun seperti Irma. Aku tak bisa bicara apa-pa. Kami berdua saling memandang. Tiba-tiba entah siapa yg memulai, kami memajukan kepala kami masing-masing dan berciuman. Bibir Irma sungguh hangat. Aku memeluk erat pinggangnya dan Irma meremas rambutku.

Kami berdua berciuman sangat lama. Kurasakan kacamata Irma menekan-nekan mukaku. Tp aku tdk peduli. Bibir kami saling memagut. Lidah kami saling beradu. Aku semakin menguatkan pelukanku. Dan Irma melepaskan ciumannya. Hidungnya beradu dgn hidungku. Dapat kurasakan nafasnya yg panas dan memburu. Irma melepas kacamatanya dan meletakkannya di sembarang tempat.

Tanpa terasa Irma membuka kancing bajuku. Dia melakukannya sambil menciumi leherku. Agak sulit membuka kancingku dlm keadaan seperti itu, tetapi Irma cuek. Aku tak mau kalah. Kulepaskan leherku dari jangkauan bibir Irma, dan mulai meraih kancing kemejanya. Tak berapa lama bajunya terbuka. Tanpa diminta Irma membuka ikat pinggangnya dan melepas celananya. Didepanku berdiri perempuan blasteran Jawa-Belanda, dgn kulit yg putih dan mulus, hanya memakai pakaian dlm berwarna merah menyala.

Aku menelan ludah, melihat tubuh Irma yg indah, bagaikan model catwalk yg langsing dan proporsional. Irma kembali menyerangku. Bibir kami kembali saling berciuman, tanpa sadar tanganku mengarah pada payudara Irma. Aku meremasnya dgn lembut. payudaranyanya yg proporsional terasa sangat empuk di tanganku. Aku dgn cepat menyisipkan tanganku ke dlm BHnya. Irma tiba-tiba memegang pergelangan tanganku. Dia menahan tanganku dan seakan menyuruhku utk mundur. Setelah aku menarik tanganku kembali, tangan Irma mengarah ke punggungnya, dan dia melepas pengait BHnya, melepas BH nya sendiri. Irma tersenyum kepadaku dan berkata

“Kenapa bengong gitu…. Kayak orang bego tau….” Aku malu sendiri dan membuang muka.

Irma memegang pipiku, dan kemudian tangannya menyusuri badanku, utk kemudian membuka ikat pinggangku. Aku pasrah, dan Irma pun menciumi badanku mulai dari leher sampai ke perutku. Aku kaget saat tangan Irma masuk ke celana dlmku dan menggenggam k0ntolku. Irma lalu mengoral k0ntolku. Aku sedikit kaget, karena tdk terbiasa dgn oral seks. Pada saat dgn tunanganku dulu, boro-boro oral sex, pegang-pegang sedikit saja sdh kena marah. Padahal aku bukan orang yg tanpa pengalaman seks.

Sebelum berpacaran denganya, aku beberapa kali melakukannya dgn pacar-pacarku yg dulu. Aku meringis menahan geli akibat permainan lidah Irma. Dia sangat pintar memainkan k0ntolku dgn mulutnya. Tindakannya bervariasi, tdk hanya mengulumnya, tetapi jg dgn menciumi bagian-bagian yg sensitive dan memainkan lidahnya di kepala k0ntolku. Kupikir, sebelum kejadian perkosaan yg menimpanya di US, Irma sdh sangat berpengalaman dlm hal ini.

Aku kaget dan berusaha menahan kepala Irma ketika kurasakan spermaku hampir keluar. Irma tampaknya mengerti dan menghentikan kegiatannya. Dan dlm beberapa menit kemudian, Irma menanggalkan semua baju dlmnya, begitu jg dgnku. Badan telanjang kami berdua bergumul di lantai ruang rapat. Saling berciuman, berpelukan dan menikmati keindahan tubuh masing-masing. Hingga pada akhirnya Irma telentang di atas karpet, kepalanya tepat berada di bawah kepalaku. Mataku memandang lekat-lekat matanya yg indah.

“Ir…”
“ya…. “ jawabnya
“Are you sure you want to do this ?” tanyaku
“Why did you ask ?” katanya sambil tersenyum.
“We’re already gone too far” lanjutnya.
“and now I consider you as my lover though” senyum tipisnya meluluhkan hatiku. Aku mencium keningnya.

Kedua kaki Irma tanpa disuruh kini telah melingkari pinggangku. Kami berciuman dgn hangat. Kedua tangannya melingkari leherku. Kudekatkan k0ntolku ke mulut meqinya yg mulai terasa basah. Pelan2 aku menggesekkan k0ntolku di mulut meqinya, mencari jalan masuk. Tetapi tiba-tiba otot meqinya menegang, seakan menolak k0ntolku utk masuk. Aku terdiam dan memandang wajahnya, aku takut dia masih trauma akibat kejadian di US itu.

“It’s okay….” Irma mengisyaratkan bahwa dia tdk apa-pa.

Irma membuka pahanya sedikit lebih lebar lagi dan dia tampak mencoba utk rileks. Pelan-pelan kudekatkan kembali kepala k0ntolku di bibir meqinya. Kepala k0ntolku sdh mulai masuk. Aku mulai menggerakkan k0ntolku maju mundur, walaupun baru sedikit yg masuk. Perlahan namun pasti, k0ntolku semakin masuk kedlm lubang meqinya.

“aah….. “ Irma mengerang pelan dan agak meringis ketika k0ntolku masuk sepenuhnya ke dlm meqinya.

Aku menggerakan k0ntolku maju mundur dlm posisi misionaris.

“Mmmmmppphhhh… sayang… pelan-pelan “ Irma mengingatkanku utk tdk bergerak terlalu cepat.

Dinding meqinya seakan memijat-mijat batang k0ntolku dgn lembut.

“Aahhh… sayang… mmmhhh….. uuhhh…” Irma mengerang, menandakan dia mendekati orgasme.

Tetapi aku tdk ingin malam ini berakhir secepat itu. Aku menghentikan gerakanku, dan ketika Irma akan membuka mulutnya utk bertanya, aku langsung meraih pantatnya dan menggendongnya. Aku kemudian duduk di kursi rapat dan menaikkan badan Irma di pangkuanku. Irma mulai berpegang pada pundakku. Dia mengerti dan segera menaikkan pantatnya, lalu dgn pelan-pelan dia mengarahkan lubang meqinya ke kepala k0ntolku. Irma bergerak naik turun di pangkuanku. Meqinya terus-terusan memijat-mijat batang k0ntolku dgn lembut. Aku memegangi pinggangnya. Irma menghentikan gerakannya dan berbisik lembut kepadaku.

“Sayang… kalo udah mau keluar bilang ya…. Aku gak mau kamu keluarin disitu…” aku mengiyakannya dan dia mulai kembali beraksi.

Goyangannya tdk liar dan asal, tetapi begitu rapih. Begitu elegan dan anggun. Suara erangan kami memenuhi ruang rapat. Kami sdh tdk peduli lagi tentang kemungkinan satpam kembali lagi keatas dan menolong kami yg terkunci. Aku sdh tdk berpikir lagi utk kembali menelpon orang kantor, atau mencoba mendobrak pintu pantry dan keluar lewat tangga darurat. Yg ada dipikiranku hanyalah Irma. Rasanya tdk percaya gadis yg tadinya cuek dan judes kepadaku ini bisa ada dipelukanku sekarang.

“Mmppphhhhhhhh….” Irma agak menggelinjang.
“Aaahhh…..” Irma kembali bersuara Aku bisa merasakan Irma akan mengalami orgasme, karena selain merasakan gelinjangan tubuhnya, aku pun merasakan meqinya makin menjepit k0ntolku.

Aku pun mengimbangi dgn menggerakkan pantatku.naik turun di kursi itu. Kursi yg biasanya dipakai rapat itu menjadi saksi bisu percintaan kami.

“Sayang……. Oooohhhhh….” Irma pun makin mempercepat gerakannya.

Aku lalu bangkit sambil menggendong Irma. Aku mendudukkan Irma di meja rapat, Irma tetap memelukku, dan aku terus menggerakkan k0ntolku maju mundur.

“Oooohh…. Oooohhhhhhh…. Sayang……. Aku mau…. Ahhhhh….” Irma menggelingjang dgn hebatnya…
“Tahan sedikit… aku jg mau…..”
“Ahhhhh…..” paha Irma mencengkram pinggangku dan kepalanya mendongak keatas.

Mengerang nikmat menandakan bahwa dia sdh orgasme. Aku terus menggerakkan k0ntolku, dan…

”Irma…. Ooohhh…..” Irma jatuh telentang di meja rapat dan aku mencabut k0ntolku dari lubang meqinya.

Sperma segera berhamburan dari k0ntolku. Irma segera bangkit dan memelukku. Kami berpelukan erat. Tdk berciuman, tdk melakukan apapun. Hanya berpelukan selama beberapa lama tanpa berbicara apa-apa. Irma lalu melepaskan pelukannya dan turun dari meja. Dia lalu mencium pipiku lembut, kemudian dia mulai memakai kembali bajunya. Aku masih berdiri telanjang dan tertegun. Melihat Irma yg bagaikan malaikat itu memakai bajunya satu persatu.

“eh… pake baju dong…. Ntar keburu pagi” Irma mengingatkanku Aku segera mengenakan kembali bajuku.

Aku kembali mencoba tidur dgn bersandar di dinding. Irma kembali pada posisinya, bersandar di bahuku.

Singkat cerita pagi pun datang. Kami berhasil keluar jam 7 pagi. Hari itu kami berdua sengaja diliburkan karena kejadian konyol itu. Selanjutnya bisa ditebak. Irma mulai terbuka pada orang-orang kantor. Dia sdh bisa berkomunikasi dgn akrab, dan sinisnya makin lama menghilang. Ditambah lagi ketika kini kami sdh berpacaran. Irma menjadi ceria dan orang-orang kantor tampak takjub melihat perubahan itu. One thing leads to another. Dan sekarang, setelah kegagalan pernikahanku yg dulu, setelah beberapa lama berpacaran, aku akan mempersiapkan pernikahanku dgn Irma.