[JKT48]FREYA JAYAWARDANA : THE MALL

INI ADALAH CERITA FIKSI MENGENAI TOKOH FIKSI KESAMAAN NAMA, TEMPAT DAN WAKTU ADALAH KEBETULAN SEPENUHNYA MERUPAKAN IMAJINASI PENULIS TANPA DENGAN SENGAJA MENYAMAKAN DENGAN KEHIDUPAN TOKOH YANG SEBENARNYA DAN TIDAK MENCERMINKAN PERILAKU PADA TOKOH YANG SEBENARNYA SEMUA TOKOH ADALAH TOKOH FIKSI. KESAMAAN DENGAN TOKOH ASLI ADALAH KEBETULAN BELAKA MENGANDUNG MATERI DEWASA YANG TIDAK COCOK UNTUK SEMUA KALANGAN. LANJUT MEMBACA BERARTI MELEPASKAN PENULIS DARI SEMUA TANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG DITIMBULKAN KEMUDIAN. HANYA UNTUK PEMBACA YANG BISA MEMBEDAKAN BEDA DARI FIKSI DAN IMAJINASI DENGAN KEHIDUPAN NYATA. MOHON MENERUSKAN MEMBACA DENGAN BIJAK. DILARANG KERAS MENYEBARLUASKAN KARYA FIKSI INI TANPA SEIJIN PENULIS. PENULIS TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG TERJADI AKIBAT KARYA FIKSI YANG DISEBARLUASKAN TANPA IJIN. Suara berisik lautan manusia yang ada di lantai dasar mall itu terdengar bercampur baur dengan iringan musik dan teriakan teriakan penggemar yang berjubel ingin mendekat dan melihat panggung. Para gadis yang ada di atas panggung itu terlihat sedikit bingung saat lautan penggemar mereka itu terus mendekat membuat suasana begitu berisik dan hampir tidak bisa dikendalikan lagi. Suara derak pintu kaca di depan lobi mall tersebut yang rusak dan lepas dari tempatnya terdengar saat keadaan semakin kacau dan tidak bisa dikendalikan. Penggemar terus masuk melalui pintu dan tangga darurat mall tersebut hanya untuk bisa ikut serta dalam event yang mendatangkan idola mereka tersebut. Satu persatu lantai mall yang berbentuk melingkar itu mulai penuh oleh lautan manusia yang mendorong dan saling berjubel agar mereka bisa mengacungkan ponselnya dan mengambil jalan lebih dekat dan jelas dari idola mereka. Lima pemuda yang mengenakan seragam sekolah dari balik jaket mereka tampak ikut mendorong dan menarik baju orang yang menghalangi jalan mereka. Backpack mereka tampak penuh saat mereka mencoba menembus kerumunan yang ada di depan mereka. Aksi dorong dorongan mulai terlihat jelas ketika kelima pemuda itu semakin tidak sabar untuk maju dan mendekat ke arah panggung. Mereka memusatkan perhatian mereka pada Freya, gadis yang berdiri agak pinggir di atas panggung itu. Kelima pemuda itu beberapa kali berteriak teriak untuk menapatkan perhatian dari Freya yang terihat mulai risau melihat ramainya acara yang sedang berlangsung itu. “Halo temanku sedang berbicara! Boleh didengar dulu?! Terima kasih!” Suara dengan nada tajam dan tegas terdengar dari mulut Freya saat ia tidak bisa menahan lagi rasa kesalnya pada kelima pemuda yang terus mengganggu dan berteriak terik terus itu. Mata Freya menatap tajam pada kelima pemuda yang melambai lambai sambil berteriak “Boleeeehhhhh” Sambil tersenyum tanpa merasa bersalah pada Freya. Gadis itu membuang tatapannya dari kelima pemuda yang tadi sedang menatapnya dengan penuh minat itu sambil menunjuk ke arah mereka saat seorang staf memberi isyarat pada Freya dari samping belakang panggung. Ketika sebuah lagu mulai terdengar dari atas panggung. Sejumlah petugas pengaman mendatangi kelima pemuda itu dari segala sisi Para petugas itu menarik kelima pemuda itu menjauh dari panggung sambil membuka tas yang dibawa mereka dan menemukan beberapa batang flare serta botol botol minuman keras serta alat alat pertukangan yang termasuk dalam senjata yang dilarang untuk ada di arena pertunjukan itu. Seorang dari mereka berteriak putus asa dan marah ketika ia dan temannya di seret keluar dari arena dan dikeluarkan daribanguman mall tersebut. Mata pemuda yang marah itu sempat menangkap sinar mata puas saat Freya melihat ia dan semua temannya terlihat diseret keluar dari arena pertunjukan tanpa bisa melawan oleh petugas keamanan yang menangkap mereka.Sejulah ponsel teracung dari tangan pengunjung lain dan mereka mereka yang sedang berontak mencoba melepaskan diri dari trikan petugas yang meringkus mereka. “Lu semua gak usah coba coba masuk mall ini lagi! Kalo masih nekat kia laporin ke polisi!” Petugas itu mendorong lima pemuda tadi hingga tersungkur ke tanah di depan mall itu. Beberapa dari mereka masih mencoba beradu pendapat tanpa hasil karena petuga itu dengan mudah menghalangi dan menahan gerakan mereka yang ingin memaksa masuk kembali. Mata mata pengunjung lain yang melihat mereka dengan puas dan tertawa saat kelima pemuda di tanpa daya direkam oleh ponsel pengunjung lain dengan wajah wajah lesu yang terlihat jelas di lensa kamera yang merekam mereka saat diusir paksa oleh petugas mall itu .Lagu yang terdengar dari dalam mall membuat hati mereka lebih kecewa lagi karena mereka tidak bisa melihat aksi Freya di depan panggung setelah idola mereka itu menunjuk ke arah mereka dan membuat mereka diusir dari tempat pertunjukan.Wajah wajah marah terlihat di wajah kelima pemuda itu. “Kita masuk lewat pintu darurat aja!” Juki, yang baru saja kembali setelah berbicara dengan penggemar lain yang juga tidak bisa masuk lewat pintu depan kembali ke kelompoknya untuk mengajak mereka mencari jalan masuk! “Anjing tuh satpam maen seret gua aja!” Bondan mendengus saat ia bergegas berjalan mengikuti Juki yang memimpin mereka. Danang yang tinggi besar juga mendengus etuju pada Bondan yang berjalan di sampingnya. Backpack berisi flare yang tadi dibawa olehnya sudah digendong kembali saat ia sampai di pintu darurat yang tidak dijaga dan setengah terbuka setelah orang orang yang ingin masuk dengan paksa ke mall itu memasuki pintu itu untuk bisa masuk ke dalam mall. “Kita gak akan diusir kalo si Freya gan nunjuk kita dari panggung. Danang yang mulai melangkah menaiki tangga bersama teman temannya erkata dengan geram. “Untung dia oshi kesayangan gua kalo gak, udah gue lempar flare pas kita diseret tadi! Biar rusak tuh muka dia kena flare!” Perkataan Danang diikuti gumam setuju dari teman temannya ketika mereka berhenti untuk membuka pintu sebelum mereka melongok memeriksa suasana. Freya sedang duduk di pinggir panggung saat menyadari rok seragam yang ia kenakan terlihat sobek dan lepas pada jahitannya. “Kak!” Gadis itu menunjukan sobekan lebar yang membuat pahanya terlihat jelas itu pada seorang staf yang langsung menggiringnya sambil menggandeng tangannya menjauh dari panggung. Langkah Freya dan staff itu terlihat bergegas karena waktu pertunjukan selanjutnya akan segera mulai dan mereka harus menembus kerumunan penggemar yang langsung mendekat saat melihat Freys sedang berjalan menuju mereka. Sejumlah petugas keamanan langsung mendekat dan melindungi Freya dan staf. Jeritan penggemar memanggil namanya terdengar keras dan berisik saat gadis itu membungkukkan tubuhnya mencoba mengikuti staff yang berjalan cepat menuju ruang ganti yang disediakan oleh pihak panitia acara itu. Freya didorong masuk oleh staff itu saat mereka sampai di sebuah ruangan. “Seifuku cadangan ada di kotak warna kuning Fre!” Staff itu sepat menjerit pada Freya sebelum menutup pintu ruangan itu. Suara ramai yang ada di luar ruangan itu teredam oleh pintu yang tertutup saat Frey sekarang sendirian di ruangan itu. Semua staff sepertinya sedang berada di arena karena keadaan yang terlalu ramai itu. Freya mencari -cari di semua kontak berwarna kuning berharap ia bisa menemukan serangga yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Gadis itu menghela nafas lega saat ia menemukan seragam yang cocok dengan ukuran tubuhnya. Gadis itu mulai melepaskan seragam yang ia kenakan. Dari pantulan cermin gadis itu melihat tubuhnya yang hanya mengenakan hotpants hitam sera bra hitam saat seragam yang ia kenakan sudah ia lepas. Freya baru saja merapikan seragam yang ia temukan itu untuk ia kenakan, Ketika terdengar suara bergemuruh dari luar ruangan. “FREYA! CEPET FREYA! FREYA CEPET KELUAR FREYA!” Suara gedoran yang terdengar saat ruangan itu bergetar ketika suara bergemuruh itu terdengar membuat Freya membeku panik. Lampu lampu di ruangan itu berkedip kedip sesaat sebelum akhirnya pada membuat Freya berdiri dalam kegelapan sendirian di ruangan itu. Sebuah jendela besar yang ada di dinding hanya bisa memberi cahaya remang remang saat Freya bisa menguasai dirinya lagi ketika suara gemuruh itu berhenti terdengar. Gadis itu melangkah dengan perasaan takut karena sendirian dalam gelap Ia sudah tidak memikirkan keadaan dirinya yang hanya mengenakan bra serta hotpants itu saat ia membuka pintu dan mencoba melongo ke luar ruangan itu. Mata Freya melebar dan terdengar suara teriakan terkejut dan panik saat ia melihat lantai yang tadi mereka lalui saat berjalan ke ruangan itu sudah hilang dan lenyap hanya menyisakan besi besi beton serta batu batu serta dinding yang terlihat patah dan hancur. Seberkas cahaya dari lampusenter yang ada dilabtai bawah tampak bergerak erak dalam kegelapan yang dipenuhi oleh debu itu. Freya melangkah mundur dari menutup kembali pintu yang terbuka itu saat rasa panik semakin menguasai dirinya. Tubuhnya yang sudah berkeringat tadi sekarang terasa dingin saat keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. Gadis itu menjauh dari pintu saat terdengar suara bergemuruh yang lirih dari luar ruangan itu. Sambil mengangkat seragam yang ia pegang Freya melangkah mundur dari pintu dan terus berpikir langkah apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Freya terus mencoba mengerti apa yang sedang dan telah terjadi saat itu . Sesaat gadis itu menyangka telah terjadi gempa bumi yang meruntuhkan bangunan mall itu Tapi gadis itu bisa melihat gedung gedung sekitar mall itu masih terlihat biasa tanpa tanda tanda sudah terjadi gempa bumi. Tapi satu hal yang bisa dipastikan oleh Freya saat ia melihat keadaan di luar ruangan itu. Bahwa sebagian dari gedung itu telah runtuh saat ia berada di dalam ruangan itu. Kenapa itu bisa terjadi Freya masih belum bisa memastikannya. Gadis itu sekarang sedang mencari cari di seragam yang ia kenakan dan bermaksud ingin mengenakan seragam itu agar tubuhnya bisa tertutup lagi oleh seragam saat ia mendengar pintu ruangan itu terbuka dengan suara keras “”Satu lantai jatuh itu anjir!” “Yang ada di bawah tadi gimana itu?” “Itu para member gimana keadaannya? “Panggungnya ancur kena runtuhan lantai ini!” Suara suarayang berbicang dengan semangat membahas kejadian yang baru saja terjadi tu terhenti saat lima pemuda itu melihat siapa yang ada di dalam ruangan itu! “Eh ada Kak Freya Gais!” “Eh Iya ada kak Freya!” Sinar mata panik terpancar saat kelima pemuda itu langsung mendekati dirinya yang baru saja selesai mengenakan kembali seragamnya. Bondan dang dan Juki mendekat dan menatap Freya dengan penuh minat saat mereka bisa melihat jelas gadis yang sudah membuat mereka diusir keluar tadi hanya sendirian di dalam ruangan itu. — Kelima pemuda itu sedang berjalan keluar dari pintu darurat sambil mengawasi suasana sekitarnya. Keadaan lantai atas itu sedikit lengang karena semua pengunjung tampaknya hanya orang orang yang ingin menyaksikan pertunjukan di lantai dasar mall itu. Dari kejauhan sudah terlihat orang orang yang memenuhi area lantai atas mall itu membuat koridor di sepanjang lantai atas itu tidak bisa dilalui oleh siapapun. Kelima pemuda itu sedang berjalan dengan sedikit lega karena merasa sudah berhasil masuk kembali ke dalam mall itu. Mereka hanya sibuk berpikir bagaimana bisa menembus kerumunan orang orang yang ada di depan mereka agar mereka bisa kembali berada di depan panggung tempat mereka bisa menyaksikan Freya kembali saat gadis itu tampil setelah break pertunjukan tersebut. Lorong yang dilalui mereka berisi ruangan ruangan kosong dan terkunci. MAINTENANCE ROOM, CLEANING SERVICE ROOM, serta FINANCE ROOM tertulis pada masing masing pintu yang terlihat tertutup itu. Danang menjadi orang pertama yang menyadari getaran keras yang terasa pada lantai yang sedang mereka injak itu. Tangan pemuda itu terangkat untuk membuat keempat temannya berhenti berjalan dan satu persatu mulai menyadari apa yang membuat Danang berhenti dan menghalangi mereka untuk melanjutkan perjalanan mereka. Juki baru saja membuka mulut untuk berkomentar saat terdengar bunyi derak keras disusul oleh jatuhnya kerumunan orang yang hanya berjarak beberapa puluh meter saja dari tempat mereka berdiri. Saura jeritan dan bunyi gemuruh saat seluruh lantai atas mall itu bergetar keras membuat kelima pemuda itu langsung balik badan dan menjuh dari lantai yang berderak runtuh di depan mata mereka Latai serta tembok yang ada di dekat mereka langsung merekah dan retak serta terbelah ketika perlahan tapi pasti diikuti bunyi gemuruh seluruh lantai atas yang melingkar itu tunruh satu bagian demi satu bagian. Kelima pemuda itu berlari sekuat tenaga menjauh dari latai yang runtuh itu tanpa melihat tujuan mereka berlari hingga mereka akhirnya bisa berheti dan tidak lagi dikejar oleh latai yang terus mengeluarkan suara derak saat keramik dan tembok sekitarnya pecah dan terbelah. “Anjir itu kenapa tadi gaes!” Bondan yang terengah karena baru saja berlari sekuat tenaga di belakang keempat temannya berusaha bisa tetap berdiri saat nafasnya habis karena tubuhnya yang gempal terlalu berat untuk diajak berlari seperti tadi. “Juki yang kurus dan tinggi juga terengah sedikit pucat saat ia melongok dari balik tembok dan melihat lantai yang tadi mereka lalui tampak hilang dan hanya tinggal besi besi beton saja yang mencuat muncul dari sisa lantai yang ada. Danang yang lebih bisa menguasai diri memandang sekitarnya ketika telinganya sayup sayup mendengar teriakan dan jeritan orang orang yang tadinya ada di lantai itu maupun mereka yang ada di lantai bawah mall itu. “Kayaknya jebol juga nih mall gara gara kebanyakan orang!” Danang berkata setelah ia mencerna apa yang ia lihat dan dengar selama beberapa saat. “Trus kita musti ngapain nih Bang?”Parman adik Danang bertanya pada kakaknya dan melihat lampu di sekitar mereka perlaha meredup dan kemudian padam membuat mereka berdiri berkerumun di tengah kegelapan sebuah lorong yang ada di lantai itu. Mata Danang menyipit saat ia melihat sebuah bayangan keluar dari sebuah ruangan. Bayangan itu terlihat berjalan ragu melongok ke ujung lorong itu yang menghubungkan tempat mereka berkumpul itu dengan pagar yang berputar di lantai atas mall itu. Danang melihat sosok itu berlari kembali masuk ke alam ruangan tempat ia keluar tadi. Danang berdiri dan dengan sigap mengajak temannya untuk berlari mengikutinya. Walau keheranan, keempat pemuda yang lainnya itu mengikuti langkah cepat Danang dan berhenti di depan pintu dengan tulisan WORKSHOP ROOM itu. Diantara debu debu halus yang terbang dan mengapung dari reruntuhan material di lantai bawah Danang menekan pegangan pintu dan membuka pintu ruangan workshop itu dengan mudah dan membukanya lebar. “Ayo kita masuk dan nunggu di dalem aja. Lebih aman daripada di luar kayaknya! siapa tau nanti ada yang bakal runtuh lagi!” Danang mengayunkan tangannya agar keempat pemuda yang lainnya masuk ke ruangan yang pintunya tidak terkunci itu. “Itu yang runtuh kayaknya satu lantai anjir!” “Panggung yang dibawah pasti kena semua itu!” “Para member gimana tuh kondisinya?!” Suara Juki Bondan dan Parman bercampur saat mereka mulai bisa berkomentar setelah mereka mulai merasa aman. “Wah wah! Ternyata ada Kak Freya di dalem sini gaes!” Danang memandang sosok yang tadi ia lihat keluar masuk dari ruangan ini dan berkata dengan suara keras memotong percakapan Bondan Juki dan Parman. mereka yang saling berkomentar itu langsung terdiam dan memandang Freya, yang walaupun dalam keadaan ruangan yang remang remang masih bisa dikenali oleh mereka karena baju seragam dengan corak kuning hitam yang tadi ia kenakan di atas panggung. “Wah iya! Ada Kak Freya!” Parman terlihat antusias pada gadis yang ia lihat itu. Sedangkan BOndan, dan Juki hanya diam teringat kembali pada pembuatan gadis itu yang membuat mereka diusir dari tempat pertunjukan tadi siang. Ruangan yang merupakan workshop itu adalah ruangan yang digunakan olh para bagian kreatif mall untuk membuat replika atau mockup serta kebutuhan promosi lain dari bahan kayu serta styrofoam. Tumpukan kayu serta styrofoam bertumpuk di salah satu bagian ruangan itu dengan sebuah meja kerja yang kokoh dan besar diletakan di tengah ruangan berbagai macam kursi dengan ukuran yang berbeda terlihat di sekitar meja kerja itu. Sejumlah peralatan juga terlihat tergeletak di dalam salah satu kota perkaka yang ada di dekat meja kerja itu. Freya yang masih terkaget kaget melihat lima pemuda tiba tiba masuk ke dalam ruangan itu langsung mundur teratur menjauh dari kelima pemuda itu seperti yang biasa ia lakukan saat ia berada di dekat para penggemar yang mengelilinginya aturan serta kebiasaan yang dilakukan anggota yang lain serta dirinya untuk menghindari terjadinya insiden foto bareng serta pelukan atau sentuhan yang tidak sopan dan para penggemarnya itu secara reflek dilakukan Freya saat melihat kelima pemuda itu mulai memperhatikan keberadaan dirinya yang sendirian di ruangan itu. Mata Freya bergerak gerak mencari jalan untuk bisa keluar dari ruangan itu. Tapi tubuh Freya langsung terasa lemas saat ia melihat pria yang terlihat paling tua dari kelima pemuda yang ada di ruangan itu sedang memutar kunci pintu ruangan itu dan mencabutnya sebelum memasukkannya ke dalam saku celana yang ia kenakan. “Kayaknya kita emang udah takdir yang ketemu lagi disini Freya! Walaupun kamu udah bikin kita diusir dari lokasi gara gara kamu nunjuk ke arah kita dan bikin kita dibuang keluar sama satpam kayak sampah aja!” Waha Birin yang paling tua dari semua yang ada di ruangan itu terlihat keras dan penuh dendam saat ia berjalan mendekati Freya yang mulai mundur ketakutan menjauh dari Birin. —TBC —

Gallery for [JKT48]FREYA JAYAWARDANA : THE MALL