DRAMA – Mustika Dara
Chapter 1 Mustika Dara : Awal Kisahku Hai, salam kenal namaku Dara Halifah, aku biasa dipanggil dengan nama panggilan Dara oleh Abi Umi ku. Abi ku bekerja sebagai Dokter Kandungan di salah satu Rumah Sakit terkemuka di kota kami dan Umi ku bekerja di sebuah firma hukum. Abi dan umi ku memiliki 3 orang anak, yaitu aku, 1 adik perempuan bernama Hana yang jarak perbedaan usia kami hanya bertaut 1 tahun dan 1 adik laki-laki bernama randi yang usianya 3 tahun di bawahku. Aku sebenarnya memiliki saudara kembar, hanya saja kembaran ku meninggal saat masih berusia 1 tahun karena penyakit komplikasi. Saat ini aku sudah bekerja di salah satu perusahaan di kotaku, sementara adik perempuanku sedang menempuh pendidikan S1 Hukum nya di salah satu kampus pendidikan islam dan adik laki-laki ku sedang menempuh pendidikan SMA. Keseharianku adalah berkerja, karena aku berposisi sebagai operator biasa di perusahaanku. Masa pandemi membuat keluarga kami menjadi rumit, karena abi harus selalu standby di rumah sakit ketika menjadi garda terdepan dengan semua dokter dari berbagai bidang spesialisnya masing-masing, sementara umi ku di rumahkan dan bekerja secara WFH/Work From Home yang terkadang beliau juga harus tidak ada di rumah, karena harus mengurus client di luar kota dan membutuhkan waktu berhari-hari untuk karantina terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Jadi aku yang bertanggung jawab untuk menjaga, mengawasi dan mengajarkan adik-adik ku. Kondisi keluarga kami semakin rumit ketika umi terpapar covid dan harus dirawat di Rumah sakit kemudian beliau juga mengalami kondisi kritis beberapa kali, umi selalu dijagain abi di ruang ICU sementara kami anak-anak hanya bisa memantau dari kaca ruang tunggu. Hingga akhirnya setelah sebulan lebih perawatan, umi menyerah pada covid dan beliau meninggal dunia. Aku, abi, dan kedua adikku sangat terpukul dengan keadaan ini, posisiku saat itu adalah detik-detik menunggu hasil kelulusan SMA. Seketika cita-cita ku untuk melanjutkan studi ke jenjang perkuliahan pupus karena yang paling gencar memberiku semangat melanjutkan studi adalah umi ku. Abi menyarankanku untuk gap year dulu jika masih bimbang ingin kuliah atau bekerja. 1 tahun setelah umi ku meninggal, kami dibuat bingung dengan abi yang sikapnya berubah dengan kami para anak-anak nya. Abi jadi semakin sering jarang pulang walaupun kami tau abi sibuk menangani pasien covid, dan kami percaya abi bisa menyembuhkan mereka semua agar tidak bernasib seperti umi. Hingga akhirnya aku menemukan kejanggalan pada abi itu dengan mata kepala ku sendiri. Suatu malam, ketika aku tengah belajar untuk mengikuti tes masuk kampus. Aku pergi sejenak ke dapur untuk mengambil cemilan karena ya biasalah di malam hari disamping mengantuk perut juga ikut memanggil-manggil, lalu ketika hendak kembali ke kamar, aku mendengar suara-suara aneh dari lantai 2, tepatnya dari kamar abi. Aku cepatkan langkahku menuju lantai 2 tapi sambil mengendap-endap. “Ahhh shhhh, udahan yah bi hmm” samar samar suara wanita kudengar dari dalam kamar abi ku. Seketika aku merinding dan marah, aku rasanya ingin mendobrak kamar abi tapi tak kulakukan karena aku masih penasaran dengan suara siapa sebenarnya yang berada di kamar abi ku. “Hmm ugh enak banget sih kamu makin hari” suara berat laki-laki terdengar jelas dan itu sudah jelas suara abi ku. “Ahhh bisa aja, enak terus hmmm ooggh lebih dalem” sahut wanita itu. “tadi bilang udahan, sekarang minta terus hehe” sahut abi Kudengar derit ranjang kayu abi semakin jelas terdengar Sepuluh menit berlalu, aku masih terpaku di depan pintu kamar abi. “ahhh ahhh enaaaak biiii” ucap sang wanita dengan sedikit teriak “Ahhh aku sampai ohhh” abi juga berteriak. Seketika suara abi dan wanita itu menghilang, aku mundurkan langkahku tapi ketika aku hendak memutar arah, aku malah bertabrakan dengan adik laki-laki ku si randi. “Duh kak” keluh randi. “eh maap, kamu ngapain disini?” ucapku “Lah kakak yang ngapain di lantai 2 sini depan kamar abi? Kalau aku kan emang kamarku di lantai 2” tanya balik randi dengan suara cukup keras “Sstt! diem, jangan keras-keras nanti abi kebangun, kakak tadi ambil cemilan mau nawarin ke abi juga mana tau abi laper malem-malem” ucap ku ngeles “Terus udah dikasih cemilannya?”pungkas randi “Belum, kayaknya abi udah tidur sih, kakak turun aja deh” ucapku sembari berlalu meninggalkan randi yang masih di depan kamar abi.