Singgasana Cinta

Malam hari terlihat seorang gadis sedang berdiri tepat didepan gerbang sebuah sekolah, *Huft…,” ia sedikit menghela nafasnya ketika mulai teringat kembali akan kenangan saat ia masih berada disekolah tersebut. “Neng..neng maaf neng siapa?” Tanya seorang penjaga yang biasa menjaga dan tinggal disekolah itu. “Eh , pak Gito malam pak,” Sapa wanita itu sambil tersenyum kepada penjaga sekolah tersebut. “Lho neng Vania ya? Kok sekarang beda?” Ketika pak Gito melihat wanita itu secara seksama, pak Gito mulai mengenalinya walau ada perubahan yang banyak dari wanita yang saat ini berdiri tepat didepannya. “Hehehe iya pak saya Vania, pak Gito gimana kabarnya?” “Baik kok neng Vania…., bener-bener saya pangling kalau neng sekarang. Oh ya neng Vania ada perlu apa malam-malam gini ke sekolahan? Pasti kangen ya sama masa-masa SMA neng dulu?” Tanya pak Gito. “Hihihi pak Gito tahu aja. Hmm, tapi pak Gito boleh saya meminta tolong sesuatu?” “Wah tentu boleh neng, saya siap bantu neng kok kan dulu neng juga sering bantu istri bapak,” “Terima kasih ya pak Gito. Jadi begini pak Gito….,” Vania mulai menjelaskan maksud kedatangannya saat ini kepada pak Gito. “Ohh gitu neng siap bapak bisa bantu neng kok,” Jawab pak Gito langsung ketika mengetahui maksud kedatangan Vania malam ini. “Terima kasih ya pak sudah mau membantu saya.., Oh ya ini pak ada sedikit buat bapak tidak seberapa sih pak tapi saya harap bapak mau menerimanya,” “Ooh gak usah neng, bapak ikhlas kok bantuin neng Vania..,” Tolak pak Gito. “Iya saya tahu pak Gito ikhlas bantu saya tapi saya juga harap pak Gito tak menolaknya,” “Baiklah neng saya terima pemberian dari neng Vania,” Kata pak Gito yang menerima pemberian dari Vania. “Sekali lagi terima kasih ya pak Gito sudah mau membantu saya malam ini,” “Enggak neng justru seharusnya saya yang berterima kasih pada neng Vania. Oh, iya ini kuncinya neng kalau nanti orangnya sudah datang biar saya suruh masuk kedalam,” Kata pak Gito sambil menyerahkan kunci kepada Vania. “Sama-sama pak kalau gitu saya masuk kedalam dulu ya,” Ucap Vania sambil menerima kunci yang diberikan oleh pak Gito. “Siap neng Vania,” Ketika Vani mulai masuk kedalam pak Gito dengan sabarnya menunggu seseorang yang dimaksud oleh Vania tadi. Dengan sabar pak Gito terus berdiri disana hingga akhirnya 10 menit berlalu terlihat sebuah mobil berhenti didepannya. Cklek. Seorang pemuda tampan dan gagah terlihat baru saja turun dari mobil tersebut, “Malam pak.., lho pak Gito ya?” Sapa pemuda itu dengan ramahnya. “Malam Den.., Den Riki ya?” Tanya pak Gito kepada pemuda tampan yang berdiri didepannya saat ini. “Iya pak hehehehe..,Pak Gito gimana kabarnya?” “ Alhamdulilah baik den Riki.., Oh ya den Riki kesini mau ketemu neng Vania kan?” Tanya pak Gito yang dari awal tahu maksud kedatangan Riki. “Lho kok bapak tahu? Vania sudah disini pak?” “Sudah Den dari 10 menit yang lalu. Sudah aden masuk aja langsung kedalam Den,” “Okay pak makasih ya,” Kata Riki dengan terburu-buru ia berlari masuk kedalam sekolah sedangkan pak Gito yang melihatnya hanya bisa tersenyum. Ruang kelas satu persatu Riki lewati hingga akhirnya dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal Riki telah berdiri di satu ruang kelas yang terlihat terang dari kelas lain. Hash..hash…hash.. Rasa kesal yang saat ini Riki rasakan tak sebanding dengan rasa cintanya dengan seorang wanita yang kini terlihat duduk tepat dibarisan pertama sambil menantap papan tulis yang kosong. “Aku tak ingin kehilanganmu,” bathinnya sambil perlahan-lahan ia berjalan mendekati lalu duduk tepat disampingnya. “Hash..hash.. Hai sudah lama disini?” Tanya Riki ketika sudah duduk tepat disampingnya. “Gak kok baru saja kamu capek?” “Huft sedikit,” jawab Riki sambil menghela nafasnya dan sama-sama menatap ke papan tulis yang kosong itu. Tik..tok..tik..tok…, suara detak jam mulai terdengar jelas ketika keduanya hanya terdiam membisu tanpa satu kata pun yang keluar dari mulut mereka yang terasa membeku. “Sudah lama ya masa itu..,” Ucap Riki yang mulai membuka mulutnya terlebih dahulu. “Iya sudah lama tapi aku gak bisa melupakan itu semua….,” “Aku tahu itu..,” balas Riki lirih hingga akhirnya mereka berdua kembali terdiam membisu selama beberapa menit. “Kamu kenapa kesini Rik?” “Untuk bertemu denganmu dan… ,” “Dan apa Rik ? Bukan kah seharusnya saat ini kamu sudah bahagia dengannya !!” Kata wanita itu yang tak kuasa menahan rasa sedihnya lagi. Hiks..hiks..hiks..hiks… “Kamu kenapa nangis?” tanya Riki namun tak direspon oleh wanita itu. “Hei Van tatap aku..! Aku sudah disini sekarang kan,” “Ta..tapi…hiks..hiks..hiks..hiks…hiks,” Dengan perlahan Riki memeluk tubuhnya dan membiarkan wanita itu terus menangis didalam pelukannya. “Hiks..hiks…kamu jahat Rik…jahat…!! Hiks…hiks..aku…hiks…hiks..hiks.,” “Iya aku memang jahat Van..maaf selama ini aku tak mempedulikanmu,” Balas Riki sambil mengelus-elus rambut orang yang dicintainya. “Hiks…hiks…hiks..iya kamu jahat Rik !!!! Hiks..hiks.. Seandainya kamu tahu aku…Hmpppphhh,” Ia berhenti berkata karena tiba-tiba saja Riki sudah mencium dirinya. Bibir tipis itu…, bibir yang selama ini Riki ingin rasakan dan rindukan. “Rik….,” lirih wanita itu sesaat bibir mereka terpisah. “ I Love You” hanya itu yang bisa meluncur dari mulut Riki saat ini. “Tapi Rik.., kamu sudah..,” “Do not think of anything else…!! Because now there’s only you and me here.” “But,” “Trust me…!! Because there is nothing else my heart right now except you,” “Rik,” panggilnya lirih dan dengan butiran air mata bahagia ia memeluk erat tubuh Riki orang yang dicintainya selama ini.
Mungkin terlalu dini bagi kita Untuk mengenal cinta Merangkai indahnya tali asmara Ribuan kerikil tajam menghadang Angin menerjang Hiasi perjalanan yang panjang Namun percayalah Tuhan telah menyiapkan Sebuah kisah yang lebih indah Dari apa yang diimpikan Biarkan waktu bergulir Bagai roda yang terus berputar Iringi langkah kita Menuju singgasana cinta Biarkan indah dunia Menjadi saksi cinta kita Hingga malam menutup jiwa. ​