Slut N Lust (one shoot)
untuk menggambarkan bagaimana
keadaan hidupku dalam beberapa tahun
terakhir. Seks adalah sebuah hal lumrah
yang dilakukan oleh sepasang manusia
berbeda lawan jenis ketika keduanya
dibumbui oleh nafsu berlebih akan rasa
tertarik pada lawan jenisnya. Jujur saja,
aku awalnya terlahir di sebuah keluarga
yang normal dan wajar. Namun semua
berubah ketika mama dan papa bercerai
dan tinggal terpisah.
Mama lebih menyarankan aku tinggal
bersama papa karena ekonomi papa lebih
baik. Maka sejak mulai duduk di bangku
SMA, akupun pindah ikut papa. Kabar
terbaru mama telah memiliki pasangan
baru, sementara hal sama juga terjadi ke
papa yang entah bagaimana caranya dia
bisa mendapatkan perempuan muda yang
juga menjadi mama tiriku saat ini.
“Rick… Rick… cepat turun dan sarapan
bareng mama dan papa”
“Ya pap, sebentar, aku habis ini turun…”
Jujur sebenarnya aku masih merasa canggung untuk menghabiskan banyak waktu
dengan mama tiriku. Shani, itulah nama perempuan muda yang papa nikahi sebulan
yang lalu. Tidak ada pesta mewah, hanya makan malam antar keluarga sebagai
perayaan pernikahan keduanya.
“Kamu mau pakai ayam Rick?” Ucap mama Shani sambil mengambilkan piring
berisi ayam kecap pedas manis.
“Ah, nggak… ini udah cukup kok maa…”
Sejujurnya aku beneran canggung memanggilnya mama. Aku nggak tahu juga apa mama Shani enjoy dipanggil mama karena usianya beneran masih muda. Dan bila
dibandingkan dengan mama kandungku jelas usianya dua kali lipat lebih muda. Dia
lebih cocok jadi kakak Perempuanku daripada mamaku.
Setelah sarapan selesai seperti biasa, papaku pamit pergi ke kantor sementara aku
harus pergi ke sekolah. Mama Shani yang sekarang bekerja sebagai pengajar tentu
saja akan berangkat bekerja setelah ia selesai merapikan meja makan terlebih
dahulu. Penampilannya akan segera berubah total ketika dia dalam mode seorang
pengajar ketimbang menjadi ibu-ibu rumah tangga yang hanya mengenakan sebuah
daster bermotif bunga-bunga.
Kehidupanku di sekolah bisa dibilang biasa-biasa saja, aku bukanlah murid dari
kelompok yang populer. Aku cuma remaja biasa yang pola hidupnya sama saja.
Datang ke sekolah, duduk di bangku, mengikuti pelajaran, istirahat di kantin, lalu
pulang tanpa keluyuran saat kegiatan sekolah berakhir. Sebuah kejadian heboh
pernah terjadi beberapa minggu yang lalu saat mama Shani yang hadir di sekolah
untuk memenuhi undangan orang tua murid. Aku bisa melihat beberapa murid lain
takjub padanya saat dia tengah berjalan.
Dari kejadian itu, aku menjadi paham bahwa mama tiriku itu begitu modis, cantik,
ditunjang oleh fisiknya yang bisa dibilang bak seorang model. Memiliki bentuk fisik
tinggi semampai serta rambut hitam panjang yang sehalus sutra. Diam-diam aku
pun mulai melirik istri muda papaku itu. Seringkali ketika malam kusempatkan
sejenak berolahraga tangan sambil menonton JAV yang pemerannya mirip seperti
mama Shani, sekali lagi aku memang anak yang baik, tapi dalam urusan menahan
hawa nafsu, itu tidak pernah mudah bagiku.
Lama-lama seperti kata artikel yang kubaca, semakin sering kamu membayangkan
perempuan sebagai objek fantasi nakalmu, akan semakin gila kamu dibuatnya saat
berdekatan dengannya. Aku semakin sering kesulitan menahan keinginan untuk
berbuat nakal pada mama tiriku sendiri ketika waktu kami berdua berdekatan, misal
seperti di meja makan, ataupun menonton TV di ruang tengah. Jujur jika tidak ada
papa, aku mungkin akan nekat menerkamnya. Bau parfumnya pun walau
sebenarnya normal, ketika aku menghirupnya, terasa seperti aroma yang berbeda
semenjak aku sering memfantasikan mama Shani.
Dan sebuah peristiwa yang mungkin akan jadi kenangan seumur hidup yang sulit
dilupakan itu terjadi. Pagi itu papa sedang ada pekerjaan di luar kota sehingga kami
hanya makan berdua di meja makan.
“Mama hari ini nggak kerja?” Tanyaku pada mama Shani yang nampak belum juga
mandi dan terlihat begitu berantakan.
“Oh, mama hari ini cuma ada rapat jam 11 pagi, jadi enggak buru-buru mandi kok…”
“Oh gitu, aku kira mama nggak masuk kerja karena kurang enak sehat…”
“Emang mama kelihatan begitu, Rick? Hehehe mama baru tahu kalau kamu perhatian sedetail itu sama mama…”
“Ahh… soal itu…”
Aku tersipu malu karena mama Shani terus menatap ke arahku. Sesekali dia
menggigit bibirnya sendiri dan jujur aku tidak tahu maksudnya itu apa. Saat aku
melirik, wajahnya begitu sensual dan ah, sebaiknya aku segera berangkat sebelum
imajinasi liarku datang lagi. Maka aku berpamitan walau nasi diatas piring itu masih
tersisa.
Bayangan wajah mama Shani membuat pikiranku tidak fokus saat disekolah, ingin
aku rasanya segera melakukan olahraga tangan dan menuntaskan imajinasi liar
tentang mama Shani yang terus mengganggu ketika aku mengikuti pelajaran. Entah
karena dewa Eros sedang iseng lewat dan mengabulkan doaku, mendadak
pengumuman terdengar kalau jam pelajaran mendadak usai karena guru-guru ada
acara di luar sekolah.
Aku melihat jam masih setengah 11 pagi, itu artinya ketika aku sampai rumah, mama
Shani tidak akan berada di rumah dan aku akan merasa bebas melakukan olahraga
tangan sambil membayangkan seliar mungkin tentang dirinya. Ketika sampai
rumah, aku heran karena mobilnya masih terparkir di garasi. Aku rasa mama Shani
tidak tahu kepulanganku karena suara kendaraan sering tidak terdengar dari kamar
papa yang letaknya memang ada di bagian belakang rumah.
Maka akupun masuk ke dalam rumah dan ingin buru-buru masuk ke kamar. Tapi
sebuah perasaan aneh aku rasakan ketika melihat sebuah jaket ada di atas sofa. Jaket
yang tidak pernah aku kenali sebelumnya. Jelas ini bukan milik papa, bukan pula
milikku, lantas ini milik siapa. Dengan hati-hati aku tinggalkan tasku di ruangan
tengah keluarga dan melangkah dengan hati-hati ke kamar papaku, pikiranku tidak
bisa kualihkan dari kecurigaan terhadap mama Shani yang membawa pria lain
masuk ke dalam rumah selagi aku dan papa tidak ada.
Begitu aku tiba di depan pintu kamar, aku mendengar suara-suara yang penuh
kejanggalan. Dengan nekat aku mengintip sedikit ke celah pintu yang memang tidak
tertutup rapat dan betapa kagetnya aku ketika tahu pemandangan yang ada di dalam
kamar.
“Jangan mas… hentikan… eeengghh !” mama Shani tengah mencoba meronta ketika
sebuah tangan sedang dengan kerasnya memberikan remasan kedua payudara
indahnya itu.
Tubuh mama Shani dalam posisi dihimpit ke tembok, Tangan milik pria itu yang
kokoh dengan mudah mengunci dua pergelangan tangan mama Shani yang berusaha
melepaskan diri dari situasinya.
“Diam Shan, sudahlah… saya kangen banget sama kamu, pinter juga ya kamu selama
ini menghindari saya!!!”
“Mas, saya sekarang kan sudah jadi kakak ipar kamu… tolong mas… lepasin”
Deegg…
Mendengar apa yang mama Shani katakan barusan membuatku seketika nyaris
kehilangan denyut jatungku sendiri. Itu artinya pria yang ada di dalam adalah om
Baron, adik papaku sendiri dan bagaimana bisa dia dan mama Shani berada dalam
situasi seperti sekarang. Sekilas info lewat, om Baron adalah adik bungsu papa, dan
dia adalah pria kedua selain papa, itu karena keempat saudara lain papa semuanya
perempuan. Jadi papa adalah anak sulungnya, sementara om Baron adalah bungsunya.
Wajahnya om Baron kini terlihat mendekat mencari-cari bibir mama Shani, namun
mama tiriku itu menggeleng-geleng sebagai bentuk upaya menolak dicium olehnya.
Namun tetap saja pada akhirnya, mama Shani tidak bisa menghindar dari lumatan
bibirnya om Baron. Setelah beberapa saat kemudian, mama Shani nampak sudah
memainkan lidah membalas ciuman om Baron. Mungkin birahi yang meninggi
membuat semuanya terlupakan. Mama Shani mungkin lupa bahwa dia adalah istri
dari kakak pria yang tengah menciumnya.
Aku masih terpaku akan situasi di dalam sana. Haruskah aku menelpon papa atau
keluar berteriak meminta tolong. Namun saat ini mama Shani nampak mulai
menikmati perlakuan om Baron. Jika aku meminta tolong tetangga justru akan jadi
aib dan papa pasti akan malu. Sebaliknya jika aku menelepon papa, apakah itu akan
membuat mereka berhenti mengingat papa ada di luar kota. Keadaan ini benar-
benar membuatku bingung.
Tangan om Baron mulai mengelusi paha milik mama Shani yang nampak begitu
putih dan mulus, kini aku bisa melihat sendiri dan bukan sekedar imajinasi belaka,
semuanya terlihat akibat om Baron yang menyingkapi daster mama Shani. Om
Baron nampak meremas pantat mama Shani sejenak, sebelum tangannya kemudian
mulai mengelus vagina mama Shani yang berbulu lebat. Mama Shani pun mendesah
tertahan dalam keadaan berciuman ketika tangan milik om Baron itu meremas
daerah segitiga miliknya dengan jarinya yang sedikit masuk ke dalam sana.
“Engga usah kamu sok menolak Shan, aku tahu kamu enggak bisa lepas dari caraku
memuaskan kamu kan? Kakakku nggak sejago aku kalau urusan beginian… lihat nih
udah basah hehehe”
Mama Shani seperti menyetujui ucapan om Baron, dia seketika menghentikan
rontaannya. Om Baron yang melihat mama Shani menghentikan rontaannya lalu
melepaskan pergelangannya setelah yakin telah menguasai istri papaku itu.
Dipelorotinya daster mama Shani dari bahu kiri sehingga payudara kirinya kini
menjadi terbuka. Aku menutup mulut saking terkejutnya karena bisa ikut
menyaksikan payudara milik mama Shani yang bentuknya bulat dan nampak begitu
kencang dengan puting kemerahannya yang menantang.
Dengan penuh nafsu dilumatnya benda itu sambil tangannya menggerayangi pantat
mama Shani. Mama tiriku itu cuma bisa mendesah-desah dalam posisi berdiri
bersandar ke tembok, putingnya makin mengeras karena permainan mulut om
Baron yang nakal. Aku pikir mereka berdua akan tidak menyadariku yang mengintip,
namun aku salah ketika aku tengah mencoba mengeluarkan penisku dan berencana
olahraga tangan, tiba-tiba pintu dibuka dan om Baron melotot ke arahku.
“Sejak kapan kamu ada di depan pintu…”
Aku tak pernah menduga kalau wajah om Baron akan menjadi sebegitu seramnya.
Dia nampak marah dan berniat melakukan sesuatu melalui gerakan tangannya,
namun mama Shani memegangi tangan om Baron dan meminta agar pria itu tidak
menyakitiku.
“Jangan mas… dia pasti bisa tutup mulut kok…”
“Kamu bisa tutup mulut?” Tanya om Baron masih dengan tatapan penuh amarah.
“Bi… bisaa… om” kataku gelagapan.
“Yasudah, sini masuk, kamu kayaknya mupeng juga sama mama tirimu, kamu ikutan
aja… om nggak keberatan asal kamu tutup mulut…”
Mama Shani nampak kaget, akupun demikian. Tapi om Baron nampak tidak peduli
dan mengabaikan protes mama Shani. Entah setan apa yang merasuki om Baron
sampai dia mau aku ikut menikmati tubuh mama tiriku itu. Padahal om Baron yang
selama ini aku kenal adalah pria yang selalu murah senyum dan baik padaku. Hanya
saja aku pernah mendengar dari kerabat mama, kalau om Baron tidak menyukai
mama kandungku yang menurutnya tidak pantas jadi istri kakaknya.
Dengan dipandu om Baron, aku pun menuruti kemauan pria itu. Aku dan mama
Shani tidak berani melawan. Meski sebenarnya ini adalah hal yang aku inginkan, tapi
aku maunya menikmatinya dalam keadaan wajar. Tentu saja dalam situasi seperti
sekarang justru membuatku dan mama Shani menjadi canggung.
Setelah melepaskan seragamku, aku mendekat ke arah mereka berdua. Kini tubuh
mama Shani dihimpit oleh dua pria yang sebenarnya adalah orang-orang terdekat
dari suaminya. Om Baron melemparkan tubuh mama Shani padaku sehingga kini
mama tiriku itu berada dalam dekapanku.
“Om tahu kamu malu kan melihat langsung wajah mama tirimu, jadi kamu dari
belakang aja, om yang dari depan sekarang…” perintah om Baron.
“Nah sekarang cepetan kamu rangsang mama Shani… om tahu kamu rajin nonton
bokep kan, masa udah segede ini kamu ga tahu bokep… cepet!!!”
Mendengar perintah ulang om Baron yang nadanya makin meninggi, mama Shani
memintaku untuk segera melakukannya, dia cuma berkata lirih.
“Mama tahu kamu diem-diem suka ngintipin mama kan beberapa minggu ini, kamu
juga sering pinjam pakaian dalam mama enggak ijin buat kamu pakai olahraga kalau
malam? Sekarang kamu realisasikan imajinasi kamu Rick, anggap saja mama Shani
kasih kamu ijin sekali ini saja… buruan…”
Mendengar ucapan mama Shani barusan, seketika tubuhku bekerja auto pilot.
Tanganku segera bergerak menuju ke payudara mama Shani dan meremasnya.
Mama Shani pun memekik perlahan saat tanganku mulai meremasi payudaranya itu.
Sambil meremasi payudara kiri mama Shani, tanganku juga dengan nakal meraba-
raba paha dan pantatnya.
“Bagus, bagus… om bangga sama kamu Rick, ayo lanjutkan hahaha”
Om Baron lalu menyingkap bagian sisi kanan daster mama Shani. Kini payudara
kanannya pun ikut terekspos. Om Baron kemudian mengenyot payudara kanank itu
dengan kencang sampai pipinya terlihat kembung kempot, tangannya juga sibuk
mengelusi kemaluan mama tiriku itu. Sementara aku mulai menciumi sisi belakang
telinga mama Shani, lidahku menggelitik lubang telinganya, membuat tubuhnya
menggeliat dan mulutnya makin rajin mendesah. Sambil menciumi mama Shani,
aku mencoba mengangkat daster milik mama Shani yang telah berantakan itu.
Mama Shani yang tahu maksudku, secara refleks mengangkat kedua tangan
membiarkan satu-satunya pakaian yang melekat di tubuhnya terlepas melalui
kepala.
“Rick, kamu hebat selama ini bisa tahan sama mama tiri kamu ini… om sih ga kuat
kalau tinggal berdua saja, maunya sih minta jatah…”
Sebenarnya aku tahu om Baron sedang mencoba menggiringku untuk ikut
mengomentari tubuh mama Shani, tapi aku mencoba diam. Tapi ketika mama Shani
justru melirik ke arahku dengan sedikit nakal lewat kedipan matanya beberapa detik
kemudian. Akupun akhirnya ikut berkomentar.
“Tersiksa sih om, bayangin aja tiap malam denger suara desahan mama Shani lagi
enak enak sama papa… gimana pun juga aku kan cowok normal om…” ucapku
dengan jujur.
“Tuh Shan, denger sendiri kan…” om Baron berkata sambil mencubit puting mama
Shani yang membuat dirinya menggelinjang.
Om Baron lalu segera meminta mama Shani berlutut. Kalau menurut Jav, adegan
selanjutnya pasti si om bakal minta mama Shani memberikan servis oral ke
penisnya. Aku pun girang kalau ternyata om Baron juga meminta mama Shani
mengoral penisku juga. Dan benar saja setelah mama Shani berlutut om Baron
melepaskan celananya, dia juga meminta aku melakukan hal serupa.
“Ayo Shan, mau yang mana dulu? Punyaku atau punya si Ricky?” Ucap om Baron
dengan seringai mesumnya.
Mama Shani melirik kami bergantian. Dia melihat ke arahku sambil tersenyum,
kukira dia akan memilihku, ternyata tidak. Mama Shani justru menggenggam kedua
penis milik kami berdua. Dengan sengaja dia memainkan penis kami berdua dengan
kocokan disertai pijatan pada buah zakarku dan om Baron. Kami berdua pun
seketika mendesah keenakan. Aku melirik ke arah mama Shani yang nampak
tersenyum melihat kami berdua yang sedang keenakan.
“Mmmh… aaah, maaahh” desahku karena tak tahan merasakan pengalaman perdana
ini.
Mama Shani merespon desahan-desahan dari mulutku dengan membuka lebar
mulutnya dan memasukkan penisku ke dalamnya. Dengan penuh kelembutan,
mama Shani mengulum penisku sambil tangannya sibuk mengocoki penisnya om
Baron.
Beberapa saat kemudian mama Shani mengeluarkan penisku dari mulutnya, jujur
aku tak rela, namun aku juga khawatir kelepasan di mulut mama Shani karena
saking enaknya. Mama Shani beralih ke om Baron. Nampak om Baron begitu
menikmatinya sampai-sampai dia menahan kepala mama Shani dengan tangannya
seolah tak rela penisnya lepas dari mulut mama tiriku itu. Om Baron menyenggamai
mulut mama Shani dengan begitu beringas hingga akhirnya dia malah
menyemburkan isinya duluan ke dalam mulut mama Shani. Sebagian cairannya
nampak meleleh ke dagu, namun sebagian besar tertelan oleh mama Shani.
Mama Shani seketika terbatuk-batuk ketika om Baron menarik penisnya. Aku segera
mengambil segelas air yang ada di dapur dan memberikannya ke mama Shani.
Setelah selesai minum, mama Shani memberikan ucapan terimakasih dan setelah
aku menaruh gelas, dia memintaku mendekat.
“Sini mama lanjutin servis ke kamu”
Mama Shani mengatakan itu dengan nada yang terdengar penuh kasih sayang
sepertinya seorang mama yang berkata pada anak kesayangannya. Cuma bedanya
konteksnya ini dia mau memberikanku salah satu servis dalam urusan seks. aku yang
mendengar tentu saja seketika naik birahi dan batang penisku langsung berdiri
kokoh yang membuat mama Shani tersenyum sambil menutup mulutnya.
Mama Shani kemudian membuka mulutnya lagi dan memasukkan penis itu ke
dalam mulutnya. Berbeda daripada saat mengoral om Baron, mama Shani kali ini
ikut menikmati aktivitasnya, dimataku dia nampak mengulum penisku seperti
tengah menikmati sebuah permen. Dihisapnya maju-mundur penisku sampai
pipinya mama Shani nampak menggembung akibat tertekan oleh kepala penisku.
Sementara mama Shani sibuk mengoralku, om Baron kembali menggerayangi mama
Shani dari belakang tubuhnya. Tak bosan-bosannya, om Baron meremasi kedua
payudara milik mama Shani, payudara itu diremasi dan diputar-putar putingnya,
vaginanya juga diusap-usap, dari permukaan jari-jari itu merambat masuk lebih
dalam dan mengorek-ngoreknya. Leher dan bahu mama pun juga tidak luput dari
cupangan-cupangan yang dilancarkan oleh om Baron sehingga meninggalkan bekas
cupangan di sana. Mama Shani pun makin menggelinjang sambil terus
mengeluarkan desahan-desahan tertahan.
Aku pun tidak memperdulikan aksi om Baron itu karena aku sendiri fokus
menikmati servis mulut mama Shani pada penisku. Namun ditengah-tengah itu aku
dan mama Shani dikagetkan oleh om Baron yang mendekap pinggang mama dan
mengangkatnya ke atas. Posisi mama Shani pun menjadi berdiri dengan badan atas
menunduk. Mama Shani segera melingkarkan tangan pada tubuhku sebagai
penyangga, penisku sendiri masih di dalam mulutnya karena mama Shani tidak
melepaskannya. Dua jari om Baron telah membuka bibir vagina mama Shani dan
penisnya kemudian dia tekan masuk ke dalam vaginanya mama Shani.
Tubuh mama Shani pun mengejang beberapa detik ketika benda itu menerobos
vaginanya. Tak butuh waktu lama, om Baron segera memaju-mundurkan pinggulnya
dengan kencang sambil melenguh keenakan. Mungkin saja om Baron sedang
merasakan jepitan otot-otot kemaluan mama Shani. Aku juga sering membaca
cerita-cerita dewasa bergenre seksual, dimana jepitan vagina perempuan bisa
membuat pria keenakan.
“Aaah… enakkk bangett Shaaan… kaangee bangeeeth samaaa enaknya memeekmu
ini…” ujar om Baron sambil meninggikan frekuensi genjotannya.
Aku sendiri memilih diam saja, jujur servis mama makin enak setelah om Baron
menggejot vaginanya. Aku pun makin nakal dengan berani menggerayangi payudara
mama tiriku yang tengah menggantung itu. Om Baron meminta mama Shani
melepaskan penisku dari mulutnya. Aku sempat protes tapi dia berkata demikian
supaya aku tidak terlena dan malah keluar duluan. Jujur saja aku tetap ingin
merasakan kenikmatan mulut mama Shani, tapi om Baron mengingatkan, kalau
klimaks sekarang akan membuat penisku loyo membuatku seketika patuh.
Om Baron tentu tahu aku kecewa, maka dia menarik kebelakang tubuh mama Shani
sehingga menjadi lebih tegak. Dalam posisi bersenggama sambil berdiri tegak itu,
om Baron menunjuk ke arah payudara mama Shani, akupun langsung mengerti apa
maksudnya. Segera aku mendekatkan wajahku ke arah payudara mama Shani dan
melumatnya dengan mulutku.
“Ssshhh… aaahh masss… Riiiickk…”
Mama Shani mendesah memanggil nama kami berdua. Adik ipar serta anak tirinya
yang tengah menyerang tubuhnya bersamaan. Aku melanjutkan aktivitasku,
putingnya mama Shani kujilati dan kuhisap secara bergantian. Aku merasa tak ingin
menghentikan aktivitasku saat ini, apalagi mama Shani terus mengerang dan
mendesah sepanjang waktu. Dia cuma bisa mendesah lirih dalam pelukan om Baron,
membiarkan tubuhnya diperlakukan sesuka hati oleh kami berdua.
Akhirnya mama Shani pun mendapatkan klimaksnya diiringi erangan panjang dari
mulutnya. Tubuhnya nampak melemas dalam dekapannya om Baron. Adik papaku
itu tidak menghentikan genjotannya sampai pada akhirnya dia juga ikut klimaks dan
menyemprotkan isinya di dalam vagina mama Shani. Cairan kewanitaan milik mama
Shani ditambah cairan spermanya om Baron meleleh keluar ke daerah pangkal paha
dan sekitarnya yang jadi basah akibat cairan itu.
Tubuh mama Shani pun melorot ke bawah mengikuti om Baron yang kini terduduk
bersila di lantai. Mama Shani menyandarkan kepalanya pada dada bidangnya om
Baron yang sedikit berbulu itu. Setelah menunggu 3 menitan, aku segera meminta
ijin mengambil giliranku. Aku meraih kaki mama Shani dan membentangkannya.
Dengan mulus penisku meluncur masuk ke dalam vagina milik mama tiriku yang
sudah basah itu.
Mama Shani dan om Baron heran, karena dalam sekali percobaan penisku bisa
masuk tanpa kendala. Biasanya kata mereka, untuk pertama kali itu pasti ada saja
kendalanya. Baru sekarang aku mencari tahu dan rupanya pengalaman perjaka saat
melakukan seks biasanya kesulitan menemukan pintu masuknya. Beruntung aku
tidak mengalaminya.
Suara kecipak cairan terdengar setiap kali penisku menghujam vaginanya.
Sodokanku makin lama makin bertenaga membuat tubuh mama Shani terguncang-
guncang. Mulut mama Shani terus menceracau tak karuan, ia juga mengerang dan
mengeluarkan ucapan-ucapan erotis. Om Baron juga terus dengan giat memijati
payudara mama Shani. Puting mama tiriku itu digesek-gesekkan dengan jarinya
yang kasar, kadang juga dipilin dan kadang juga diemutnya. Keduanya kemudian
berciuman dengan panasnya selagi aku sibuk menggenjot.
Setelah beberapa menit mereka berciuman. Mama Shani memintaku untuk berhenti
sejenak. Dia memintaku untuk berbaring pelan-pelan tanpa melepas penisku di
dalam vaginanya. Kini tubuhku jadi terbaring telentang dan mama Shani telungkup
di atasku. Aku sempat berfikir mama Shani akan mengambil posisi WOT, tapi
ternyata tidak. Itu karena om Baron menahan tubuh mama dalam posisi telungkup
itu, ia kemudian nampak membasahi anusnya mama dengan ludahnya serta
menekan-nekankan jarinya di sana. Aku bisa langsung menebak apa yang akan
terjadi setelahnya.
“Aaaaakhhhhhh… masssssssshhh”
Benar saja mama Shani menjerit keras seketika saat om Baron memasukkan
penisnya ke lubang anus mama Shani. Bukan cuma menjerit, mama juga
mencengkram kedua bahuku dengan kerasnya. Selain itu goyangan mama Shani pun terhenti seketika. Butuh beberapa saat untuk mama Shani terbiasa. Barulah setelah
semua terkendali, kami bertiga kembali saling berpacu dalam birahi.
Mama Shani berkata supaya aku tidak perlu khawatir, karena rasa sakit di anusnya
perlahan mulai menghilang berubah menjadi sebuah rasa nikmat yang menjalari
seluruh tubuhnya. Perihal itu benar atau enggak, cuma mama Shani yang tahu dan
jujur aku tidak berharap akan berada di situasinya. Maksudku anusku dimasuki oleh
penis pria, hehe.
Selama duapuluh menit lamanya, tibalah sampai suatu saat dimana tubuh mama
Shani mendadak bergetar. Tubuhnya itu berkelejotan, tangan dan kakinya kejang-
kejang, serta dari mulutnya mengeluarkan erangan panjang. Karena wajah kami
berhadapan, aku bisa melihat muka mama Shani nampak memerah, keringatnya
pun bercucuran membasahi badan kami berdua. Ya, mama Shani pun mendapatkan lagi klimaksnya dan akhirnya tubuhnya tergolek lemas di atas tubuhku lagi setelah gelombang orgasme surut. Sementara itu kedua penjantannya masih terus menggenjot vagina dan anus miliknya. setelah beberapa menit aku merasakan sesuatu mendesak keluar dari dalam penisku. Cepat-cepat aku memberi tahu mama Shani yang langsung menegakkan tubuhnya. Penisku segera terlepas dan akupun beringsut dari bawah tubuhnya.
Mengikuti salah satu adegan JAV yang kutonton sebelum klimaksnya, aku segera
mengocok penisku itu dekat muka mama Shani. Dan tak lama muncratlah cairan
kental itu membasahi wajahnya, karena semprotannya kencang dan deras, bukan
cuma muka mama Shani saja yang basah, rambut, leher dan payudaranya pun juga
ikut terkena cipratannya.
Setelah itu aku duduk bersandar pada dinding dengan rasa lemas di sekujur tubuhku terutama di bagian lutut. Om Baron kemudian menarik lepas penisnya juga dari lubang anus mama, ia kemudian meminta mama Shani berbaring terlentang di atas
lantai. Dia lalu berdiri di samping tubuh mama Shani dan mulai mengocok penisnya hingga menumpahkan isinya di atas tubuh mama Shani.
Hari ini sungguh jadi pengalaman yang tak terlupakan bagiku. Aku tidak menduga
fantasiku menikmati tubuh mama tiriku terwujud. Meski aku sedikit menyesali
kenapa terjadi dalam kondisi bermain bertiga dengan om Baron, yang masih
menyisakan tanda tanya perihal masa lalu dia dan mama Shani. Ketika aku menatap
ke arahnya, mama Shani melihat ke arahku juga. Dia memberiku sebuah senyuman nakal sembari mengemut jarinya yang masih belepotan sperma.
Mama tiriku, You really are a slut…