Aku Masih Hijau
DARI sejak kecil aku hidup bersama pembantu. Mandi, dimandikan pembantu. Makan, disuapi pembantu. Tidur, bersama pembantu. Buang air besar, diceboki oleh pembantu. Main, bersama pembantu. Antar jemput sekolah dilakukan oleh pembantu, dan yang tidak bersama pembantu hanya belajar atau mengerjakan PR, karena aku cukup pintar di sekolah.
Seperti diketahui, pembantu juga bisa resign dan pindah bekerja di tempat lain. Demikian juga pembantu di rumahku.
Entah berapa kali sudah aku pindah tangan diurus oleh pembantu, dan yang sekarang ini sewaktu aku sudah sekolah di SMA kelas 12, adalah pembantu yang bernama Listi, umurnya 25 tahun yang dibawa oleh nenek, karena pembantu sebelumnya minta keluar berhubung suaminya yang diabetes harus nginap di rumah sakit.
Penyakit suaminya sudah cukup parah. Ginjalnya sudah rusak dan suaminya harus cuci darah (hemodialisa, istilah kedokterannya).
Aku terpaksa harus menyesuaikan diri dengan pembantuku yang baru ini. Tetapi berhubung aku sudah dewasa dan sudah bisa hidup mandiri, aku sudah tidak terlalu banyak menggantungkan hidupku pada Mbak Listi, demikian aku memanggilnya.
Di kamarku aku bisa nonton video porno. Tidak usah hidup sok sucilah teman, apalagi hidup tanpa pengawasan orangtua. Cuma saja aku belum berani mempraktekkan apa yang aku tonton. Aku melampiaskannya hanya dengan onani.
Pagi itu aku bangun tidur ingin kencing, tetapi kamar mandi sedang dipakai oleh Mbak Listi.
Lalu aku pergi ke dapur ingin masak mie instan. Mbak Listi yang sudah selesai mandi datang ke dapur. “Sini, aku yang masakin, Ko.” kata Mbak Listi memanggil namaku, karena aku bukan keturunan priyayi yang harus dipanggil dengan ‘Den’, apalagi hidup di zaman sekarang ini yang sudah serba ‘instan’ panggilan ‘Den’ sudah tidak berlaku.
Aku melepaskan pekerjaanku memasak mie instan pada Mbak Listi, kemudian aku pergi ke kamar mandi.
Masuk ke kamar mandi, mataku langsung menabrak BH dan celana dalam Mbak Listi yang tergantung di kapstok.
Mula-mula aku biasa-biasa saja melihatnya, tetapi sambil kencing terbayang olehku video porno yang pernah kutonton.
Seorang laki-laki bertelanjang bulat menjilat vagina seorang wanita cantik yang juga bertelanjang bulat. Slupp… slupp… slupp… betapa nikmatnya vagina itu dijilat.
Akupun ingin mengetahui bagaimana sebenarnya aroma vagina itu. Pasti aroma vagina Mbak Listi ketinggalan di celana dalamnya.
Selesai kencing, aku turunkan celana dalam Mbak Listi dari kapstok. Celana dalam Mbak Listi jelek dan sudah kumal.
Di selangkangannya terdapat warna kecoklatan dan basah. Yang basah itu ternyata lendir dan baunya, hmmm… begitukah bau vagina?
Baunya amis, bercampur bau pesing dan bau asem.
Kenapa laki-laki suka dengan bau vagina seperti itu, atau vagina sesudah dibersihkan baru dijilat? Beribu pertanyaan timbul di pikiranku waktu itu…
Beberapa hari kemudian Mami sakit, Mami tidak masuk kerja. Sepulang aku dari sekolah, setelah aku meletakkan tas sekolahku di kursi ruang tamu, aku langsung pergi ke kamar Mami, dan aku langsung terkejut melihat punggung Mami yang sedang dikerik oleh Mbak Listi.
Mami tidak memakai BH, dadanya telanjang. Ohhh… astagaaa… meskipun aku berdiri di depan pintu kamar, Mami tidak menutup teteknya yang telanjang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita secara nyata dan real.
Penisku tegang, aku terangsang. Maka itu aku tidak ingin cepat-cepat pergi dari depan pintu kamar Mami.
“Kalau sudah lapar, makan sana…” suruh Mami. Mami bukan mengusir aku. “Mami sakit gara-gara telat makan kemarin…” kata Mami.
Malah aku melepaskan sepatuku dan kaos kakiku, masuk ke kamar Mami, duduk di depan Mami, Mami tidak menutupi teteknya yang telanjang.
“Sakit nggak sih Mi, dikerik begitu?” tanyaku, karena belum pernah dikerik. Jika aku sakit, biasanya aku dibawa ke dokter, bukan dikerik.
“Nggak…” jawab Mami sambil kucuri pandang teteknya yang montok, putingnya besar berwarna hitam, sehingga membuat aku semakin terangsang saja, karena aku duduknya cukup dekat di depan Mami kira-kira hanya sekitar 1 meter.
“Tapi gak parah kan sakitnya, Mi…?”
“Nggak, sayang. Mudah-mudahan besok Mami sudah bisa kerja lagi…” jawab Mami. “Sana, tukar pakaian…”
Aku pergi dari kamar Mami untuk menukar pakaian seragam sekolahku.
♡♡♡♡♡