Rumah Pojok

Wanita itu berdiri di bawah guyuran shower tepat membelakangi diriku, dia telanjang, tubuhnya putih mulus tanpa cacat sedikit pun. Pinggangnya ramping, bongkahan pantatnya yang bulat dan padat itu disertai dengan rambut panjangnya yang lurus hitam terurai. Ahhh.. Siapa pun pasti akan tergoda melihatnya. Dari mana wanita ini datang? Bukan kah aku satu-satunya penghuni rumah kontrakan ini? Siapa dia? Pikiranku kalut mempertanyakan hal itu, namun hasrat kejantananku mendesak untuk segera dituntaskan. Ah.. Masa Bodoh!!.. Aku segera membuka kaosku, lalu celana kolorku dan mengeluarkan penisku yang sudah mengeras. Dan perlahan aku mulai mendekatinya. Ku peluk tubuh rampingnya dari belakang, dia sama sekali tetap diam. Tak memberikan reaksi apa pun. Hmmm.. Harum tubuhnya seperti aroma bunga melati. Sejuk dan harum yg kurasakan. Perlahan tanganku merambat ke tas mengyusuri perut rampingnya. Licin dan mulus sekali kulitnya terasa. Tanganku himggap di payudaranya, tidak besar, pas dengan genggaman tanganku. Payudara yang kencang, kenyal dan ranum terasa nikmat di tanganku. Bau harum melati dari rambutnya membuatku nyaman, seperti aroma therapy yang menenangkan fikiran. Aku Harus Menuntaskanya..!!! Aku segera meraih pinggangnya, sedikit menunggingkan badanya, lalu tangan kananku membimbing kontolku ke memeknya. Mengusap memeknya dengan kontolku setelah pas segera kusodok memeknya perlahan. “Uuugghh..fffshhh” aku memejamkan mataku saat kontolku mulai melesak masuk ke dalam memeknya yang seret dan sempit ini. Sensasi, yang luar biasa, seperti aliran listrik menjalar di seluruh tubuhku. Aku mengrenyitkan dahi dan meringis, menahan ngilu nikmat hangat yang mendera seluruh tubuh dan kontolku. Gila, baru pertama ini aku merasakan memek dan senikmat ini, dibalik tubuhnya yang ramping, wanita ini memiliki memek yang nikmat sekali tiada dua nya. Sekarang aku mengerti betapa nikmatnya surga dunia ini. Jauh lebih nikmat dibandingkan coli atau nonton bokep. Aku berusaha keras untuk menahan sperma ku supaya tidak muncrat, sambil menguasai diri aku mulai memaju mundurkan sodokanku secara perlahan, jangan sampai muncrat. Wanita itu tetap diam, dingin tak bereaksi apapun walaupun sudah aku genjot. Dia sangat pasrah ku entot. Namun aku tak bisa melihat wajahnya karena terhalang oleh rambutnya yang panjang terutai. “Sudah satu menit…uuffhh” pikirku. Memeknya terasa hangat, semakin nikmat menejepit kontolku. Gila, bukan main, apa dia ingin membuat aku muncrat kali ini? Tidak semudah itu nona!! Slepp..slepp.sleep..sleep..sleep.. aku semakin mencengkram pinggangnya dengan kedua tanganku untuk berkonsentrasi dengan sodokanku. Lebih keraa, lebih cepat! Uh..uh..nnh..nh..nhh..nhh..ahh..mmhh.. Aku mendesa tiap kali sodokan kencangku dibalas degan sambutan pantatnya. Sensasi yang semakin lama semakin nikmat, apalagi dengan diiringi guyuran shower di tengah malam yang dingin. Aku meraih rambutnya yang panjangnya dengan kedua tanganku, menarik dan menjambaknya. Sambil terus menggoyang kedua bongkahan pantat bulat dan kenyal itu. Plok.plok.plokk.plok.plokk.plokk terdengar sodokanku semakin tidak karuan ritmenya. Ya, aku sudah diambang batas. Aku bisa memuncratkan spermaku kapan saja. Memanfaatkan kesempatan ini, dengan sigap aku mengoyangkan pinggulnya semakin liar. Mempercepat sodokanku. Gak mau rugi, kedua tanganku lalumeraba ke bagian depan mencari payudaranya. Susunya kenyal dan hangat, berulang2 kali aku meremas susu dan memilin putingnya dari belakang. Plok.plok.plok.plok.plokk.plokk.. Sodokanku sudah tidak terarah lagi, goyangan pinggulku sangat liar. Spermaku sudah diujung kepala kontolku, serasa ingin meledak. Dan Inilah Saatnya…. “Hnnngghhh…” Aku mengerahkan segala kekuatanku menyodok memeknya sedalam-dalamnya. Crott.croottt.crottt.crottt..crooott.. Sambil memejamkan mata, kusemprirkan benih-benih spermaku ke dalam rongga vaginanya. Berulang kali spermaku muncrat didalam memeknya yang hangat itu. Baru kali ini aku merasakan nikmat yang luar binasa. Tubuhku mengejang beberapa saat lalu berangsur2 lemas. Sambil tetap memejamkan mata, aku merasakan tiap detik momen ini. Dan kontolku terasa mulai mengecil di dalam vaginanya. Plop.. Kontolku terlpas. Aku pun membuka mataku. Dan di mana wanita itu???? Apakah aku bermimpi? Berhalusinasi? Lalu beronani? Tak ada jejak persetubuhan sama sekali. Tak ada bekas sperma yang keluar. Apa yang terjadi?? Jangan… Jangan… Ah sudah lah!!! Aku segera membuang fikiran itu dan kembali ke kamar untuk tidur. . . Besoknya……. “Nyam… Nyam.. Nyam…” “Krauk.. Krauk…” “Srrrrrrrpppppptttt…” Aaahhh… “Nyam.. Nyam.. Nyam..” “Eh, gendut menang taruhan sih menang taruhan tapi gak nyampe 7 piring juga kali, bebeh gua bayarinya…!!”, ujar Budi kawanku. “Kamu juga ngajak taruhanya all you can eat nasi padang. Seneng lah dia..” sahut Indra. “Sorry Bro, bukanya aji mumpung tapi emang ane, laper banget. Gak tau kenapa. Hehehe” jawabku. “Tenang Boss, di sini kan nambah nasi gak bayar.” kata Indra menenangkan. “Kikilnya nambah pak!” teriaku. “Siappp”, jawab pelayanya. “Nah, nambah kikil, baru diitung. Hahahahaha”, ledek Indra ke Budi. “Sialan, itu kikil udah abia 3 masa lu nambah lagi”, protes Budi. “All you can eat.. All you can eat..” jawabku.. . . . . “Di depan belok kanan Bro. Mentok ada tanah kosong, pinggirnya ada rumah satu yang cat putih. Nah itu.” “Makasih ya udah ditraktir makan, diaterin pulang juga. Heheheh” “Sama-sama, Bangsad!”, jawab Budi dengan muka kesel karena harus bayar makanan-makanan yg aku makan. “Lu tinggal di sini?” tanya Indra. “Iya Bro, kebetulan tetangga ane di kampung kan yg punya ini rumah. Kosong, gk ada yg nempatin jadi dia nyuruh ane isi aja. Lumayan kan jadi gak usah ngekost?” jawabku. “Lu betah tinggal di sini”, tanya Budi. “Betah-betah aja sih”, jawabku. “Serius??”, tanya dia penasaran. “Sstt!!”, Indra menyenggol Budi seakan mengisyaratkan untk tidak meneruskan pertanyaan. “Ya dibetah-betahin aja sih Bro. Abis mau gimana lagi. Dari pada ngekos bulananyanya berapa, dikalikan nanti berapa lamu kuliah di sini. Kan lumayan.”, jawabku menjelaskan. “Yaudah Bro, kita balik dulu deh ya.” Indra pamit. “Lah gak mampir dulu?” tanyaku. “Lain kali aja, kita, asa urusan kyknya. Ya kan Bud?”. “Oh, iya…” jawab Budi. Yu.. Samlekum…. Mereka pun pamit. Buru-buru amat pikirku. Baru juga aku merebahkan badanku di kasur tiba-tiba ada pesan WA masuk. Ping!! Rupanya dari Budi. “Bro, ati-ati. Itu Rumah Pojok terkenal angker. Dah lama kosong karena gak ada yang berani nempatin. Banyak cerita-cerita mulai dari suka ada bunyi orang mandi lah, nangis lah, sampe, pernah ada penampakan perempuab katanya. Lu sering-sering baca do’a. Jagan ngebokep mulu.” Ah sialan ni bocah. Ngapain ngasih tau segala sih… Bikin gak tenang aja. . . Dan malamnya.. Srrrrrrr………… Dan benar saja, suara shower di kamar mandi nyala lagi. . . .. .

Namaku Bimasena, panggilanku Bima. Itu karena Ayahku ngefans sama Tokoh Pandawa dalam Pewayangan. Aku tidak terlalu tinggi, tinggiku hanya 166cm. Namun aku mempunyai tubuh yang besar dan gempal. Beratku 100kg, dan aku memiliki otot-otot yg keras keras dibalik tumpukan lemak ini. Hal itu karena terbiasa kerja membantu orangtua di kampung. Usiaku saat ini 18 tahun. Lewat jalur prestasi olahraga, aku diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Budaya di salah satu Universitas Ternama di Ibu Kota. Aku menempati sebuah rumah, yang orang menyebutnya Rumah Pojok. Sebuah rumah asri di pojokan jalan yang berdiri di atas sebuah lahan kosong mirip lapangan. Yang aku tau, rumah itu milik tetanggaku di kota asalku, dia seorang agen property. “… Itu Rumah Pojok terkenal angker.” Pesan WA dari kawanku ini membuatku tidak nyaman. Aku baru saja menempati rumah ini, masa aku harus pindah? Lalu, apa yang harus aku katakn pada orangtuaku? Aku tak mau membuat, mereka khawatir. Lagipula rumah ini bisa dibilang cukup strategis, dekat dengan kampusku. Lingkungannya yang sepi pun cocok untuk suasana belajar. Selepas mahrib, aku putuskan untuk pergi keluar, sekedar untuk kongkow di angkringan. Itung-itung sosilisasi dan sukur-sukur bisa mendapat informasi tentang rumah ini. * “Mbak, susu angetnya satu.” pintaku pada mbak-mbak semok penjual angkringan itu. “Oke mas, tunggu sebentar ya.” jawab wanita itu dengan lembut. Ia pun lalu beranjak mengambil, gelas dan membuatkan susu hangat pesananku. Mbak Maya, nama yang kelak aku ketahui sebagai penjual angkringan ini. Seorang janda tanpa anak yang sudah 2 tahun ditinggal suaminya. Sebenarnya tanpa berjualan pun sudah bisa bertahan hidup dari tunjangan almarhum suaminya yang seorang PNS. Namun, untuk, menguair kesepian ia berjualan di depan kontrakanya. Badanya semok, kulitnya putih dengan wajah cantik natural. Meskipun tidak terlalu cantik tapi wanita ini selalu saja membuat para lelaki untuk, melirik padanya. Terutama pada susunya yang besar dan kencang, yang mungkin ukuranya 36-38. Hihihihi “Ini Mas, susunya.” kata Mbak Maya. “Ah, iya.” jawabku yang terkaget karena Mbak Maya sudah menyodorkan susu di atas meja. Slurrpppptt… Ahhh… Harus ku akui memang susu hangat buatanya ini enak. Susu yg dijualnya aja enak, apalagi susu yang punyanya. Hehehehe pikir mesumku. “Wah, enak banget nih Mbak susunya.” kataku. “Susu yang mana mas? Yang itu? Apa yang ini?” jawab dia sambil menggoyangkan payudaranya yang besar bulat menggodaku. Mukaku langsung memerah dan Mbak Maya pun tertawa melihat tingkahku. “Ngomong-ngomong Mas baru ya tinggal di sini?” tanyanya. “Iya Mbak. Saya nempatin rumah yang pojokan itu.” jawabku. “Yang pojokan mana?” “Itu yg ada lapangannya.” “Oh,, Rumah Pojok!” jawab dia dengan nada sedikit kaget. “Kenapa emang Mbak?” “Rumah Pojok itu angker tau, yang tinggal ngontrak di situ gak pernah lama, gk sampe seminggu. Suka diganggu mahluk halus gitu.” jawabnya. “Ah, masa sih Mbak?” “Rumahnya apik kok, terawat.” Tanyaku makin penasaran. “Iya itu karena yang punya nya suka rutin kontrol sebulan sekali. Yang punya nya bukan orang sini. Itu pun gk pernah nginep. Siang beres-beres terus pergi lagi.” jawab dia. “Oh, jadi emang si om rutin merawat rumah ini rupanya. Tapi gk pernah dia tempati.” pikirku. “Tapi bener deh, rumahnya angker. Suka ada suara perempuan nangis, orang mandi, pernah juga ada penampakan sosok perempuan.” lanjut dia. Malam itu aku jadi pendengar yang baik mendengarkan penjelasa Mbak Maya sambil menikmati hidangan ala angkringan. Suasana gerimis malam ini membuat warung angkringan ini sepi. Aku jadi leluasa ngobrol ngalor ngidul dengan Mbak Maya. Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 10 malam. “Mbak berapa ya?” “Hayo, tadi apa aja? Jangan sampe kelewat ah..” “Hmm.. Susunya tadi 2. Mendoannya 5, sate kikil, sate sosis, ceker, sayap. Apa lagi ya?” aku mencoba ingat-ingat. Hehehe “Udah, 20ribu aja semua.!” jawabnya mengagetkanku. “Gk salah itung tuh Mbak?” “Gak apa-apa. Itu bonus deh.” “Hehehe makasih ya Mbak.” jawabku. “Mau dong nanti dikasih bonus lagi.” “Bonus apa Mas?” “Bonus Susu.” “Susu yang itu tapi.” jawabku sambil menunjuk le arah gunung kembarnya. “Huuuu… Maunya, baru kenal udah nakal.” Jawab Mbak Maya sambil mencubit pipi chubbyku. Aku pun segera pemit dan bergegas pulang. Dan kesimpulnnya benar. Rumah Pojok ini memang angker. ……………. Sesampainya di rumah aku menyalakan semua lampu rumah. Terutama lampu kamar mandi, tempat yang aku anggap seram itu. Dengan menyalakan lampu aku harap bisa mengurangi suasana seram dan mungkin sosok itu tidak, berani muncul. Aku pun segera beranjak tidur, agar cepat melewati malam ini. Malam semakin larut, aku tak bisa memejamkan mataku. Mungkin karena suasana rumah yang terang benderang. Waktu sudah melewati pukul 00.00 tengah malam. Tidak ada keanehan. Mudah-mudahan aman-aman saja sampai pagi. Beerrrrrrr…. Di luar duganku, tiba-tiba kran shower di kamar mandi nyala. Suara orang mandi terdengar kembali. Aku berusaha mencoba mengabaikan suara itu, tapi makin lama suara itu makin jelas. Aku bangun dari tempat tidurku. Dengan mengendap-endap aku berjalan untuk mengecek kamar mandi. Rasa takut, penasaran bercampur jadi satu. Pelan-pelan aku membuka pintu kamar mandi. Krekeeeeeeetttt… Dan, JREEEENGGG… Itu sosok perempuan yang aku…….. malam sebelumnya. Dag dug… Dag dug… Dag dug… Jantungku berdegup kenceng memandangi perempuan itu. Dan seperti biasa dia berdiri membelakangiku, menghadap dinding di bawah pancuran shower. Tanpa reaksi sedikitpun… Cukup lama aku terdiam memandangi sosok itu. Antara kaget, takut, seolah tak percaya. Yang jelas tubuhku tak bisa bergerak karenanya. Tiba-tiba… Tanpa menoleh ke arahku, dia menunggingkan badanya. Apa ini? Apa maksudnya? Apa ini memberi sinyal persetujuan kepadaku? Sekali lagi aku terkesima memandangi sosok wanita itu. Kulit mulusnya, tubuh rampingnya serta pantat indah yg menungging itu. Ahh… Qusera sera Yang terjadi, terjadilah.. PLOK.. PLOK.. PLOK.. PLOK.. PLOK.. PLOK.. PLOK.. PLOK.. PLOK..