JESSICA VERANDA x JESSICA MILA : KISAH DUA JESSICA
INI ADALAH CERITA FIKSI MENGENAI TOKOH FIKSI
KESAMAAN NAMA, TEMPAT DAN WAKTU ADALAH KEBETULAN
SEPENUHNYA MERUPAKAN IMAJINASI PENULIS TANPA DENGAN SENGAJA MENYAMAKAN DENGAN KEHIDUPAN TOKOH YANG SEBENARNYA DAN TIDAK MENCERMINKAN PERILAKU PADA TOKOH YANG SEBENARNYA
SEMUA TOKOH SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KETIKA CERITA INI DITULIS.
MENGANDUNG MATERI DEWASA YANG TIDAK COCOK UNTUK SEMUA KALANGAN. LANJUT MEMBACA BERARTI MELEPASKAN PENULIS DARI SEMUA TANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG DITIMBULKAN KEMUDIAN.
HANYA UNTUK PEMBACA YANG BISA MEMBEDAKAN BEDA DARI FIKSI DAN IMAJINASI DENGAN KEHIDUPAN NYATA. MOHON MENERUSKAN MEMBACA DENGAN BIJAK.
DILARANG KERAS MENYEBARLUASKAN KARYA FIKSI INI TANPA SEIJIN PENULIS. PENULIS TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG TERJADI AKIBAT KARYA
Susah payah Aaron mendorong gerbang yang terbuat dari besi berwarna hitam itu hingga terbuka ke dalam. Setelah gerbang itu terbuka cukup lebar untuk dilewati mobil mereka. Ia kembali ke dalam mobil. “Gak ada yang jagain sCama sekali. ada penghuninya nggak nih rumah?”Aaron adik dari Ve melanjutkan mengemudikan mobil berhati hati melewati gerbang tadi dan masuk ke dalam properti yang luas itu. Matanya melihat lihat sekitarnya sambil menggeleng kepala. “Masih ada yang punya tanah seluas ini di daerah ginian, Mana kayak hutan lagi ini jalan masuknya.”Aaron mengomentari pohon pohon tinggi di sisi jalan yang mereka telusuri menuju sebuah rumah yang ada di ujung jalan itu. ” Gak salah alamat nih?” Aaron memandang Ve yang sedang mengetik di ponselnya. Gadis pendiam berwajah bulat itu hanya mengangkat alisnya sambil menghembuskan nafas. “Tiktik mapsnya bener kok.” Mustinya CiMila ada di dalem.” Veranda berusaha menghubungi Jessica Mila sepupunya yang beberapa hari yang lalu mengajaknya dalam produksi sebuah video klip. Ve yang setelah tidak menjadi anggota JKT48 itu bebas menentukan pilihan karirnya, langsung menerima tawaran Mila. “Untung bawa mobil Ci.” Kalo jalan bisa gempor kaki.” AAron memandang jalan masuk tadi, dan tidak bisa melihat gerbang yang mereka lewati setelah mereka sampai di depan rumah besar tujuan mereka. Rumah itu seperti sebuah kastil yang biasa ada di cerita horor, dengan warna kusam khas bangunan tua, rumah itu berdiri di tanah yang begitu luas Ve tidak bisa melihat ujung dari tanah tempat rumah itu berdiri karena semuanya ditumbuhi pohon tinggi. Mirip Hutan. seperti komentar Aaron tadi. “Gak ada orang nih Ci!” Aaron menggedor pintu rumah tadi sekuat tenaga, tapi belum ada tanda tanda ada orang yang muncul. “Ci Mila dimana emang Ci? Gak balesdia?” Ve mengangkat ponselnya untuk meredakan rasa kesal Aaron yang tidak sabaran itu. ” Eh ada yang dateng tuh. ” Aaron berhenti melongok ketika melihat bayanganyang bergerak datang. Suasana suram dan gelap ditambah cuaca mendung dan hari menjelang sore membuat Aaron kesulitan melihat orang yang memndekat dari dalam rumah. Ve bergegas menaiki tangga untuk menemui orang yang hendak membuka pintu itu Ve merapikan rambutnya ketika mendengar suara kunci dibuka dari dalam. Suara kunci diputar terus terdengar oleh Aaron dan Ve yang menunggu sambil berpandangan tidak mengira ada banyak kunci di balik pintu yang sederhana itu. Suara pintu yang berat saat ditarik menyadarkan mereka bahwa pintu tadi bukan pintu bisa melainkan sebuah pintu berat terbuat dari besi yang tebal. Seorang bertubuh tinggi besar berkulit hitam membuka pintu. Tubuhnya menghalangi Aaron yang hanya setinggi dadanya untuk masuk “Cari siapa?” pria hitam itu bertanya singkat dengan nada curiga.” Kami ada janji dengan Kak Jessica Mila Pak.” Aron menegakan berdirinya menjawab pertanyaan pria itu. “Kamu yang namanya Jessica Veranda?” Pria itu memandan pada Ve dengan tatapan menyelidik.. “Be, Benar pak.” Ve tergagap mendengar nada pria itu. ” Tempat syuting ini mesti steril, hanya talent yang bisa masuk!” Pria itu memandang Aaron dengan sebelah mata. “Didaftar talent cuman ada Jessica Veranda.Kamu siapa?” Pria itu menatap Aaaro yang terheran mendengar perkataan itu. “Saya adiknya!” Cuman anterin doang, kalo udah Syuting saya juga pulang!” Aaron dengan nada kesal membalas pertanyaan pria itu. “Tapi aturannya gitu. Tunggu disini!” Pria itu masuk kembali sambil menutup pintu Suara pintu terkunci membuat Aaron berdiri terheran menatap pintu ia melihat Ve dengan tidak percaya. “Ini syuting apa sih? Film Avengers? Kok rahasia amat!” Aaron menggerutu kesal menerima perlakuan pria tadi “Tinggal aja lah Ci!” “Eh CiMila udah balesin kok. Kita tunggu aja lumayan buat kegiatan aku.Kamu sabar aja. Bapak tadi kan cuman ngerjain tugas dia.Ntar aku beliin pizza!” Bujukan suara lembut Ve menenangkan Aaron yang langsung terdiam mengikuti perintah Ve. Ia hanya masih memasang wajah kesal karena Ve tidak mengikuti sarannya untuk pergi dari lokai itu. Suara kunci dibuka terdengar lagi setelah mereka menunggu beberapa menit. “Ayo ikut masuk!” Sudah di cek sama bos dan bisa kasih dispensasi untuk selain talent bisa masuk. Ve menggumamkan ucapan terima kasih sambil mengikuti pria tadi masuk ke dalam rumah. Suasana yang tadi terang langsung menjadi remang remang ketika pria tadi dengan cepat menutup pintu besi tadi ketika Aaron dan Ve sudah masuk ke dalam rumah. Ve berjalan tergesa mengikuti pria tadi menyusuri lorong setelah mereka menuruni tangga ke bagian bawah rumah itu. Suasana hening langsung terasa ketika mereka sudah menuruni beberapa anak tangga. dinding dari beton yang tebal membuat suara dari luar rumah langsung tersaring tidak terdengar dari dalam ruang bawah tanah itu. Suasana dingin menyelimuti semua ruangan yang dilewati oleh Ve. Lorong itu bercat puting dengan penerangan terang mirip lorong rumah sakit tapi tanpa ruangan di kedua sisinya. Ve berjalan selama beberapa menit mengikuti pria tadi, masuk hingga dalam melalui lorong berliku. Ve sendiri merasa heran, rumah tadi ternyata memiliki ruang bawah tanah seluas itu. Tapi Ve tidak merasa heran karena ia sudah sering melihat tempat syuting yang dibangun kedap suara untuk setiap set adegan agar tidak diganggu suara dari luar. Dan melihat tanah tempat rumah itu berdiri Ve tidak merasa heran bahawa ada ruangan lebih luas lagi di bawah bangunan rumah itu. Pria itu berhenti di depan sebuah pintu hitam. “Kamu masuk aja ketemu sama produser!” Ia menerkan tombol dan pintu hitam itu terbuka hingga bisa didorong terbuka ke dalam. Ragu ragu Ve melangkah masuk ketika aaron lanjut mengikuti pria tadi masuk lebih dalam ke dalam lorong tadi. ternyata ada ruang seperti kantor di balik pintu hitam itu. Seorang pria setengah baya duduk di balik meja luas menyambut Ve yang masuk dengan ragu. “Veranda ya? Ayo Masuk Silakan Silakan! Duduk dulu!” Pria itu bagkit sambil mempersilakan Ve duduk di kursi di depan mejanya sehingga Ve bisa duduk berhadapan dengannya. “Maaf ini lagi persiapan syuting jadi banyak staf yang urusin syuting Silakan Silakan!” Ve langsung merasa rileks menghadapi pria yang ramah itu, yang jauh berbeda dengan semua produser yang pernah ia temui yang cenderung sering terburu-buru, dan tidak pernah sempat untuk berbasa basi. “Kamu kayaknya kesulitan ya cari tempat ini Veranda? Soalnya Mila udah mulai syuting dari 2 jam lalu, Kita pikir kamu gak interest jadi akhirnya kita ambil syuting part partnya mila dulu sambil calling calling talent lain. “Oh Uhm, Oh Gini Pak..” Ve berusaha menjelaskan pada pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Halim produser dari proyek itu.” Tapi kita memang sempat nyasar…Solnya saya dan adik belum pernah ke daerah sini, dan Kak Mila juga saya call gak nyambung nyambung. Maaf Pak, Saya gak nolak kok, malah tertarik sekali untuk ikutan project ini.” Ve berusaha menjelaskan keterlambatannya yang lebih banyak disebabkan karena ia harus membujuk Aaron untuk mengantarnya karena kedua orang tua mereka sedang berada di luar negeri saat itu. Dan karena menyetir dengan bersungut sungut itulah sebabnya Aaron bisa salah mengambil jalan membuat mereka terlambat. “Oh ya sudah. Kalau gitu saya briefing dulu secara singkat aja, eh tapi sebelum itu kita selesaikan administrasinya dulu supaya enak dan saya gak ada tanggungan.” Halim menyerahkan sejumlah dokumen untuk ditandatangani Ve. “Isinya sih standar aja Veranda. Kita ingin talent kita terjamin aja kalo misalnya project kita ada kelanjutan dan mungkin ada sequel atau apa gitu, karena terus terang ini project ambisius dan project pribadi dari penyandang dana yang lumayan kuat di modal dan dananya. Ve hanya tersenyum sambil membubuhkan tanda tangannya pada lembar terakhir di samping tanda tangan jessica Mila yang tampaknya sudah lebih dulu menandatangani dokumen itu. “Untuk fee-nya, Karena kita belum bisa estimasi kapan selesai syuting karena hal yang kita nanti jelaskan, kita kluarin cek harian untuk talent yang dkita hire ya Veranda Ini di cek dulu, silakan ditulis nomor rekeningnya biar bisa kita proses transfernya sekarang” Halim menyodorkn selembar kertas. Mata Ve membulat besar melihat nominal yang tertera pada kertas itu. Jumlah yang tidak ia sangka sebelumnya. Jumlah yang berkali kali lipat dari yang biasa didapatkan hanya dengan menjadi model atau figuran film. Dan ini jumlah untuk per hari. Otak Ve langsung menghitung jumlah total yang bisa didapatkan jika proses syuting ini berjalan beberapa hari, sambil ia menuliskan nomor rekeningnya sebelum ia mengembalikan kertas itu pada Halim. Dengan ponselnya Halim melakukan transaksi keuangan sehingga Ve bisa melihat saldo rekeningnya berubah saat Halim selesai melakukan transfer fee pada Ve. “Jadi project kita itu adalah mungkin kalau jaman sekarang disebut mini seri atau Web seri ya Ve, Ini Ambisi pribadi dari [penyandang dana yang saya belum bisa sebut namanya. Kita melibatkan figuramn yang mengisi film ini. Ceritanya lebih ke futuristik soal dua kakak beradik perempuan yang terlibat jaringan mafia, dan terjebak di dalam organisasi itu. Cerita ini bermula pada proses pelarian mereka keluar dari markas kelompok ini. Nanti formatnya adalah Narasi dan role playing. Jadi tidak ada naskah dan sutradara semuanya spontan dan mengikuti narator yang suaranya akan terdengar setiap kali ada adegan atau scene baru. Jadi dituntut sebuah improvisasi yang tinggi dari semua talent untuk bisa mengikuti scene dari narator setiap saat. Halim berhenti sejenak menunggu reaksi Ve. “Gimana? Masih tertarik Veranda?” “Panggil Ve aja PakHalim.” Ve yang sedikit ragu pada kemampuan aktingnya ;langsung mengangguk setuju saat ia teringat nominal fee yang telah masuk ke saldo rekeningnya tadi. Ia bertekad melakukan yang terbaik untuk project ini. ‘Kalo gitu kita bisa langsung take adegannya aja ya..” Halim membungkuk mengambil setumpuk barang dibungkus plastik bening. “Oh ya ini ada kostum yang perlu digunakan, karena settingnya di penjara atau tempat penyekapan jadi kostumnya agak terbuka, tapi gak sampe nude kok, Semoga kamu bisa tetap nyaman pakainya. Ve mengangguk mengikuti Halim yang mengajaknya ke tempat syuting adengan pertamanya. Ia dipersilahkan halim untuk mengganti celana jeans dan kaos yang dikenakannya di sebuah ruangan tertutup. Ve agak termangu melihat yang diberikan adalah sebuah kaos yang ketat tanpa lengan dengan hot pants yang begitu pendek yang membuat paha jenjang Ve menjadi sangat terbuka. Ve melihat cermin sebelum memutuskan untuk melepaskan Bra hitam yang ia kenakan karena talinya terlihat sangat jelas ketika ia mengenakan kaos tanpa lengan itu. Halim hanya diam tak berkomentar ketika Ve keluar dari ruangan itu sedikit ragu menunjukan dirinya dengan pakaian yang terbuka seperti itu. Halim berjalan mendahului Ve menyusuri lorong demi lorong menuju ruangan yang terlihat makin gelap dan temaram. Mereka mendekati beberapa orang pria berpakaian militer terlihat menunggu di sebuah ruangan. “Nah Ve mereka adalah para Figuran yang nanti akan berperan sebagai anggota gang yang menyekap kalian. Ve tersenyum kikuk melihat mereka memandangi dirinya dengan rasa sangat tertarik. “Kita mulai aja take-nya ya. Adegannya di penjara tempat kalian disekap. “Kalian bawa dia masuk!” Halim berkata pada ketiga pria itu. Mereka hanya tersenyum tipis sambil memegang lengan Ve sementar yang lainnya membuka pintu. Ve melihat sebuah ruangan gelap di balik pintu itu. Lalu dengan kasar Ve merasa dirinya di dorong masuk oleh pria tadi. Ve jatuh tersungkur ke dalam ruangan itu. Lututnya terasa nyeri beradu dengan lantai beton yang keras itu. Sebuah lampu terang seketika menyala membuat silau mata Ve. Ia mengerjap Berusaha melihat apa yang ada di ruangan itu. Sebuah suara terdengar dari semua sudut ruangan. “Scene : Tahanan yang melarikan diri suda berhasil ditangkap. Para pengawal memasukannya kembali ke penjara tempat teman teman mereka sedang menyiksa kakak Ve yang juga mencoba melarikan diri. Apakah yang akan terjadi pada Ve Apakah akan mengalami nasib yang sama atau lebih buruk dari Mila? Action!” Sinar terang tadi perlahan meredup membuat cahaya ruangan itu kembali normal Ve menutup mulutnya saat ia menjerit kaget. Ia melihat Jessica Mila sepupunya sedang bertumpu pada lutut tangan tangannya. Seorang pria telajang bergerak maju mundur di belakang Mila sedangkan di depan Mila pria telanjang lain sedang mendorong penisnya masuk ke mulut Mila. Seorang pria terlihat sedang meremasi buah dada Mila yang menggantung sambil tersenyum puas. CI MILA!” Teriakan Ve membuat ketiga pria itu memandang Ve Mila sendiri terlihat kaget melihat Ve ada di ruangan itu. “LARI VE! LARI CEPAT!” Mila berteriak sebelum wajahnya ditampar oleh pria yang sedang meremas buah dadanya. Ve sudah berniat melarikan diri ketika sepasang tangan menyergap tubuhnya dan menyeretnya mendekatI Mila. “Gak usah ngelawan! Ini akibatnya kalo kamu coba-coba minggat!” “Apa apaan ini! Lepain! Lepasin TOLONG! AARON TOLONG!” Ve merasakan celana hotpantsnya sudah ditarik turun dan kaos yang dikenakannya ditarik paksa ketika tiga orang pria sudah merubungnya.